[Live as an Exchange Student] BONUS PAGE

Buat pembaca setia blog Gineng Sakti, hari ini saya persembahkan edisi bonus blog ini mengenai cerita terdahulu.

Masih ingat postingan saya tentang Casey Spitz di kelas kimia saya yang saya bilang banyak membawa masalah dan selalu sembrono di laboraturium kimia?

Masih ingat anak India yang menyebalkan?


Yup, di edisi bonus ini saya menampilkan cerita lanjutan dua anak tersebut karena postingan saya mengenai mereka saya buat ketika saya baru satu bulan disini. Sekarang sudah hampir satu tahun saya disini dan cerita sudah berbeda.

Casey Spitz ternyata adalah orang amerika terjenius di kelasnya dibandingkan teman-teman lain. Ia mendapat beasiswa dari NASA dan melanjutkan universitas gratis karena kemampuannya di bidang sains dan matematika. Ia memang anak yang ingin tahunya besar sehingga ketika di laboraturium tangannya bereksperimen ria.

Anak India yang dulu pernah saya ceritakan ternyata dipulangkan ke negaranya setelah baru 3 bulan di Amerika. Ia terlibat kasus besar yang tidak bisa saya publikasikan dan namanya terancam masuk blacklist pemerintah Amerika Serikat.

Demikian edisi bonus ini dilaporkan dari Sterling, Colorado.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.22 -- Wawasan Internasional

Suatu hari di Taman Pringgondani kerajaan raksasa buyut Gatotkaca dulu, Togog dan Mbilung sedang bercakap-cakap dari masalah cewek, duit, hingga politik. Siang itu mereka kebetulan baru saja menonton world cup malamnya antara Jerman vs Australia. Rupanya bung Togog dan Mbilung ini lumayan modern, mereka termasuk kaskuser dan penulis blog di komunitas blogger. Akun jejaring sosial mereka pun tidak hanya friendster yang jadi komunitas alay, namun lengkap sampai facebook, myspace, twitter dan bahkan skype. Sayang nya twitter bung Togog ber-following 1467 orang sedangkan followernya hanya 23 biji saja.

Siang itu mereka rupanya sedang agak intelek membahas politik negaranya yang semrawut. Padahal biasanya yang dibahas cewek cewek dan cewek. PDKT janda kerajaan sebelah atau ikut prom night anak SMA yang mau lulusan.

Togog : Lung, mbilung..katanya taun 2022 Pringgondani mau menjadi tuan rumah piala dunia?

Mbilung : Aduh jangan percaya HOAX gan..ane mah kagak percaya deh Pringgon bakal jadi host

Togog : Kok bisa?

Mbilung : Aduh gan..harusnya ente lebih sering buka thread kaskus dong ama baca blog nya ginengsakti.blogspot.com gan...kita ini jangan kan secara materi ekonomi bisa, secara mental aje mental kita tidak berwawasan internasional.

Togog : Wah edan ente gan. Gimana tuh lengkapnya?

Mbilung : Gini gan, artinya negara kita ini belum bisa menerima pluralisme dan toleransi. Kalo ane denger kata toleransi dan pluralisme di negara ini mah HOAX doang gan jangan dipercaya. Buktinya demo dimana-mana tanpa outcome dan kontrol yang jelas. Kebebasan berpendapat sih boleh aja, tapi ya jangan keterlaluan dan berbau anarkis. Iya kan gan?

Nah ini masih dalam lingkup domestik. Belum lagi kita berbicara masalah Internasional. Kalo kita nge host Piala Dunia, bakal banyak bule datang. Dan budaya barat itu salah satunya identik dengan minum. Misal nih ya, negara Jerman. Supporter Jerman kebanyakan berselebrasi dengan meminum beer karena beer itu adalah produk lokal Jerman tercinta seperti Timlo itu produk dari Solo. Bisakah bangsa kita bermental toleransi?

Ane secara personal sih ga begitu yakin gan. Dalam hati ane pun ga setuju dengan budaya minum, tapi dalam kajian ranah budaya ini sudah beda tafsir. Budaya barat memang bagi sebagian orangnya adalah kepuasan terhadap alkohol, tapi perlu diperhatikan juga bahwa mereka pun berbudaya berbeda dalam menyikapi budayanya. Tidak seperti Pringgondani yang alkoholnya bisa ditemukan dengan mudah di warung remang-remang kemudian warga kita "mendem" dan mengamuk atau memalak uang.

Budaya sana beda gan. Alkohol diatur bener-bener. Di batasi yang namanya drinking age. Di atur distribusinya melalui prosedur yang rumit dan sistematik agar tidak salah distribusi ke kaum-kaum belum cukup usia atau kaum "minor in possesion". Kontrol regulasinya pun ketat sperti dengan di tegakannya aturan "D.U.A (Driving Under Alcohol)" dan lain sebagainya.

Mungkin bagi mereka minum adalah hal wajar, namun bagi sebagian besar bangsa kita minum masih hal yang tabu dan tidak benar secara sosial. Oke gan. Ane ga akan berdebat masalah itu. Itu masalah moral dan keyakinan masing-masing, tapi yang ingin ane soroti adalah jika bangsa Pringgondani ini memang sudah berwawasan Internasional, toleransi mereka sudah tinggi. Ane beajar waktu ane ke Amerika gan. Ane pernah tanya ke salah satu teman ane yang kebetulan bukan peminum dan berpikir minum itu adalah sesuatu yg kurang tepat. Ane tanya gini :

"Kamu kenapa ga minum seperti kebanyakan temen-temen? Bukannya kamu sudah secara hukum legal?"

Jawabannya buset keren bener gan. Ane sampe gabisa nafas beberapa saat.

Dia jawab gini :

"Bagi saya, sesuatu yang di legalkan bukan berarti bermoral"

Jika saya telusuri dan renungi lagi memang bener gan. Kalau agan-agan pernah baca buku Nicolo Machiavelli tentang pengambilan keputusan yang bersifat pragmatik dan teori lain tentang pengambilan keputusan yang bersifat moral,
Bang Machiavelli berkata dalam bukunya bahwa tidak semua keputusan bersifat moral adalah keputusan terbaik namun di sisi lain keputusan yang bersifat pragmatik pasti bertentangan dengan keputusan moral.

Ilustrasinya begini gan. Mungkin agan agan ini sering dengar.

Ada 4 pasien, satu membuthkan jantung, satu membutuhkan liver dan satu membutuhkan kornea. Yang satunya lagi adalah pasien yang sehat bugar dan berencanauntuk periksa kesehatan.

Sebagai dokter, apakah agan akan mengambil jantung, liver dan kornea psien sehat bugar untuk mengobati dan menyelamatkan 3 pasien lainnya?


atau membiarkan apa adanya?

Apapun jawabannya adalah salah satu dr keputusan yang bersifat moral atau pragmatik.

Begitu pula hukum Barat. Tata aturan mereka bersifat moral dan pragmatik. Bukan hanya moral melulu. Namun intinya adalah toleransi sebagai fondasi dan dasar fundamental mereka gan, karena itulah kemudian negara mereka aman dan damai.

Amerika sendiri adalah negara relijius gan. Dalam konteks ini, relijius agama Kristen dan Katolik. Mereka aktif dalam kegerejaan dan lain sebagainya. Namun tata aturan pemerintah nya adalah ; Separation between the church and State, yang artinya mereka memisahkan urusan keagamaan dengan tata negara. Pemasangan spanduk "Selamat Natal" di Gedung Senat atau DPR mereka misalnya adalah sesuatu yang menyalahi hukum ini. Bisa dibayangkan jika Pringgondani begini? Bubrah. Orang-orang pada demo.

Amerika tidak demikian, walaupun mereka negara relijius dengan hukum sekuler, mereka tetap bersemangat menjalankan kepercayaan mereka dan menghormati hukum yang ada sehingga masih tegak menjadi bangsa yang damai sampai hari ini.

Begitulah gan sekilas tentang Wawasan Internasional, intinya bangsa kita belum bisa bertoleransi seperti bangsa besar lain nya. Selama di Amerika saya belajar hal ini gan. Bahwa bangsa yang besar adalah dimulai dari hati mereka yang berbesar, menerima pluralisme dan membangun harmoni. Berkebebasan namun bertanggung jawab, dan bertindak sebagai masyarakat madani.

Mau contoh lagi gan? Oke saya masih punya.

Di Amerika semuanya diukur dengan tenaga dan kerja gan. Etos kerja dijunjung tinggi. Ga pernah Maine sampai Washington ane lihat ada pengemis di Amerika gan. Bukan karena mereka negara kaya. Amerika pun punya orang-orang yg hidup di garis kemiskinan. Namun orang-orang tadi bekerja apapun gan. Atau mengadakan yang namanya fundraiser. Ga ada anak SD SMP SMA yang mau perpisahan kelas tinggal minta sumbangan orang tua gitu aja, mereka selain meminta sumbangan juga mengerjakan sesuatu misal menjual permen. Satu permen di hargai 3 dolar yang mana di dalam 3 dolar itu sudah mengandung sumbangan karen harga permen secara standar tidak segitu. Disitulah poinnya, mereka tidak hanya sekadar meminta, namun ada etos kerja di dalamnya. Saya juga pernah melihat orang dipinggir jalan dengan hujan lebat sambil bermantel dan membawa tulisan " I WILL WORK FOR FOOD"

Mereka pun menghargai orang-orang begitu gan. Bukan malah dihardik pintu ditutup. Ada orang yg meminta fundraiser misal anak-anak SD berjualan permen begitu mereka malah senang. Didukung habis-habisan. Akhirnya outcome nya pun kembali ke masyarakat mereka lagi yang menjadi masyarakat yang harmonis dan saling membantu.

Togog : Oh gitu ya kang, pantes......

Belum lama kemudian seorang janda cantik jelita melintas di taman tersebut. Pakaiannya tank top dan hot pants dengan hape Blackberry ditangannya sambil si janda itu BBM-an.

Togog : Eh kang ada target nih target, buruan serbu kita mintain PIN Blackberry nya.


Mbilung : Wah ini juga slah satu contoh tidak berwawasan Internasional nih. Bahas politik kalah sama bahas janda lewat.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sebuah Ungkapan Terima Kasih

Sebenarnya beberapa waktu lalu saya sempat tidak bergairah untuk menulis blog ini lagi, bahkan saya hampir lupa jika saya memiliki blog haha. Saya ucapkan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah mendukung saya tetap menulis dan mengupdate cerita-cerita terkini. Sebenarnya banyak yang ingin saya utarakan, namun sepertinya waktu belum begitu memihak. Dua tulisan terbaru saya pun mengalami beberapa kali revisi akibat efek vakum. Dan prototype nya pun terbiarkan tergeletak beberapa saat.

Suatu ketika teman saya berkata pada saya untuk menjadikan blog ini sebuah buku seperti Raditya Dika, dan saya berterimakasih untuk apresisasinya tersebut :) Kata-kata tersebut memacu saya untuk terus menulis kisah-kisah unik dari negeri seberang dengan bahasa saya yang campur campur dan bahasan yang tidak mutu. Namun berbicara masalah pembukuan, jika memang suatu saat nanti saya lakukan, sepertinya blog ini perlu nasionalisasi karena sebagian besar kata-katanya saya ucapkan dalam Bahasa Jawa haha.


Sekali lagi terima kasih dan selamat menikmati cerita-cerita yang akan saya tulis nanti :)

Jika anda memiliki kritik dan saran, silahkan sampaikan apapun itu sepahit sepedas apapun itu, bahkan kalau memang tidak suka boleh dimaki-maki :) atau mungkin hanya ingin sekadar berbagi pengalaman atau menanyakan hal yang lebih detil, silahkan kirim testimoni anda ke alamat :

gineng.sakti@yahoo.com

pesan yang anda dapat langsung dari henfon saya :p

Saya tunggu response dan partisipasinya :) Spasibo Bolshoi.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an Exchange Student] Part.21 --- Etika Moral


Berbicara mengenai etika sesungguhnya merupakan suatu kajian luas yang sebenarnya hampir sulit untuk diterjemahkan. Bukan saja karena etika dan nilai moral itu bersifat relatif namun juga karena mengandung banyak sekali nilai komparatif dan studi yang mendalam. Etika dan nilai moral sudah berbeda dalam radius etnik maupun suku. Apalagi berbicara mengenai etika dan nilai moral dalam kajian Internasional.


Berikut kajian saya dari sudut pandang saya yang "cupet" dan subyektif mengenai dua nilai di atas tersebut.

Masih berbicara tata etika lokal, perlu diperhatikan bahwa etika posting (dalam konteks jejaring sosial dan modernisme) perlu dijunjung tinggi. Etika dalam memposting bukan hanya mencakup bahasa dan intonasi, melainkan rasa tenggang rasa "tepo sliro" dan juga secara kontekstual. Saya menyayangkan orang-orang yang merasa lebih dari segalanya. Berpostingannya dengan nada iritatif dan memamerkan diri seolah-olah adalah orang paling bahagia di dunia dan orang paling hebat di dunia. Sebenarnya tidak ada yang salah bagi beberapa orang, namun perlu diketahui bahwa semua orang belum tentu menerima dengan tataran yang sama.

Contoh : Ini postingan si Bunga (sebut saja Bunga) *Apalnya cuman bunga kalo ada kasus pemerkosaan selalu jadi nama samaran* haha

Satu) "Horeee besok Obama dateng ke rumaaah mau dangdutan ama bokap :D"
Respon dalam hati: Wah itu anak keren banget

Dua) "New Yoooork City I am comiiing, baby"
Respon : Bawain patung liberty ya :)

Tiga) " Nonton World Cup langsung sambil di kipasin David Beckham emang paling manteeep"
Respon dalam hati: yayaya

Empat) "Singapur jam segini kok panas banget siiiih?"
Respon dalam hati : Makan tuh Singapur

Lima) "Lagi dipijitin Christiano Ronaldo nih. Ganteng banget gila"
Respon : Mas Christiano Ronaldo, di tendang sampe portugal aja itu anak

Enam) "Lagi golf sama papa sama Tiger Wood :D"
Respon dalam hati : Jadi yang ngambilin bola? Pantes emang.

See what I am talking about?



Saran saya, jika anda ingin menjadi orang yang dihargai, belajarlah menggunakan rasa dan kecerdasan interpersonal. Melakukan tanpa disuruh dan memahami perasaan orang lain seperti memahami diri sendiri. Banyak contoh kasus etika seperti ini yang berakibat fatal hingga ke jeruji besi. Misal kisah postingan berbau rasisme pemuda dari Bali dan Mahasiswa ITB yang menjadi geger masyarakat walaupun mereka anggap itu hanya dalam tataran bergurau.

"Think before you post" -kata sebuah iklan layanan masyrakat di Amerika Serikat-

" Jaman Sekarang bukan cuma jaga lidah, tapi jaga keyboard" -Rudy Wiratama-


Demikian lah sekilas tentang etika.

Berbicara masalah moral, mungkin saya akan lebih menggarisbawahi topik IKHLAS dan SYUKUR secara lebih spesifik.

Dua hal tersebut mungkin adalah dua ilmu terbesar yang saya dapatkan selama di Luar Negeri. dulu semenjak kecil Ibu saya selalu berkata pada saya kalau menjadi orang itu jadilah orang yang "lembah manah" yang artinya rendah hati dan tidak sombong ceileeee. Namun lambat laun saya menemukan juga arti lembah manah tersebut tidak hanya sebatas itu, melainkan mencakup rasa syukur dan ikhlas sebagai bagian kerendahhatian. Tidak mudah memang menjadi orang yang bersyukur. Merupakan suatu hal yang wajar karena manusia adalah makhluk yang bernafsu. Bukan sesuatu yang buruk karena sesungguhnya nafsu itulah yang membuat manusia tetap dalam eksistensinya di dunia. Namun ada tataran tertentu dimana nafsu harus dikendalikan sedemikian rupa agar tidak menganggu keseimbangan. Tidak ada hal yang baik jika kita berbicara masalah eksesitas (kelebihan). Dunia itu diciptakan seimbang sehingga sebagai materi dari dunia atau "jagad" itu sendiri, kita harus seimbang agar selaras secara kodrati.

Disanalah masalahnya, menjadi seimbang lebih sulit daripada menjadi super. Mempertahankan lebih sulit daripada mendapat. Manusia akan selalu bernafsu jika mereka tidak terbatasi oleh syukur. Manusia hidup dalam dimensi imajinatif mereka jauh dari kemampuan mereka menyadari realita. Setiap orang bermimpi menjadi orang sukses, bermobilkan lamborghini, bertwitter dengan follower 100.000 orang, bersarapan McDonald setiap hari, dan ber ber lainnya. Saya pun demikian. Pergi ke Amerika dengan bermimpikan berumah mewah, keluarga professor, traveling ke Califonia New York Chicago Boston dan Berlin (????) dan berciuman dengan Cameron Diaz (???? *lagi*) . Lambat laun saya terbangun dari mimpi saya bahwa hidup ini tidak selalu apa yang kita mimpikan. Realita memang pahit, namun mimpi yang tiada akhir jauh lebih pahit. Keluarga saya hanya orang biasa dengan rumah biasa dan saya pun tidak berciuman dengan Cameron Diaz (????). Kemudian saya menyadari bahwa banyak remaja memimpikan Amerika dan saya bahkan kala itu masih terpuruk dalam ke-tidak-syukur-an. Dunia itu indah jika kita yang membuat nya indah. Tidak ada yang akan membuat dunia ini indah kecuali diri kita sendiri. Manusia sekaya Michael Jackson pun bermasalah. Manusia sehebat Hitler pun tumbang dalam ambisinya.

NOTHING, NOTHING MAKES HAPPY, except the feeling which comes from the deepest heart.

Manusia yang tidak bisa bersyukur adalah manusia yang membuang waktu mereka menyia-nyiakan apa yang mereka miliki. Dalam konteks matematis pun hal tersebut terbuktikan salah.

1 tentu lebih besar dari 0

Bilangan Real tentu lebih besar dari bilangan imajinatif.

5 > 10.000i

walaupun 5 bernilai lebih kecil dari 10.000 , namun dalam kasus 5 real dan 10.000 i, 5 real bernilai lebih besar karena bukan merupakan unsolveable solution.

Percayalah manusia itu tidak akan pernah terpuaskan nafsunya kecuali mereka bersyukur dan merasa tercukupkan atas apa yang mereka dapat :)






ilustrasi : contoh post tidak bertanggungjawab
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.20 -- Berbicara Soal Makanan


Kata orang "Indonesia ii sing dibahas mung panganan" (Indonesia itu yang dibahas cuma makan) dan ternyata jika direnungi memang benar. Menjadi orang Indonesia di luar negeri pun yang dibahas masih makanan. Rasa kangen akan cita rasa Indonesia pun menjadi trending topik. Rasanya jeles kalo dengar teman-teman dari Indonesia membahas Pecel Lele, Kakap Goreng, Sego Liwet atau bahkan makanan seribunan yang biasa untuk sarapan. Untuk itu mari sekarang kita berbicara sedikit mengenai makanan dan pola makan.

Beberapa pola makan aneh yang saya temukan di Amerika Serikat,

1) Taukah anda jika sebenarnya turis-turis yang ke restoran fast food pizza di indonesia itu terheran-heran?

"KARENA MAKAN PIZAA ITU HARUSNYA GAK PAKE SAUS SAMBAL ATAU SAUS TOMAT,MAS!" kata om Bule.

Suatu ketika saya ada di suatu perjamuan, hidangan yg ada saat itu adalah pizza. Saya pun mengubek-ubek seisi rumah untuk mencari yang namanya KETCHUP (Saus Tomat). Kemudian saya tuangkan saus itu ke hidangan saya dan seketika orang-orang diruangan menjauh dr saya.

saya pun bertanya: wow wow wow what is happening guys?

om om tante-tante mbak-mbak mas-ms bule pun serntak menjawab : "ITU DI PIRINGMU SAOS TOMAT?

saya jawab dengan tampang inosen : iya tuh. kenapa emang?

mereka pun serentak menjawab : Oh you are sick man. Pizza itu ga dimakan dengan saos tomat.

saya : mojiaaaar. sak negoro ku salah.

Dan mak tuiiiiing, sebuah tanda tanya besar menggantung di kepala saya tentang restoran-restoran pizza di Indonesia tadi BAGAIMANA? Mustahil mereka tidak menyediakan saos tomat. Mungkin om bule pemilik pizza hut mbatin :

"Orang Indonesia itu susah dibilangin, daripada di demo yasudahlah biarkan mereka terjerumus dalam dosa memakan pizza dengan saos tomat, yang penting rakyat saya tidak" hahaha *senyum licik*

2) Taukah anda jika om bule minum susu itu tanpa gula?

Pernah juga suatu ketika saya membuatkan susu untuk teman saya di Amerika Serikat. Karena di Indonesia yang namnya susu itu tidak afdhol tanpa gula, maka saya pun buat susu tersebut ala indonesia yang bergula juga. Setlah itu saya suguhkan pada teman saya itu. Tidak beberapa lama kemudian dia berkomentar :

"Ini susu udah basi ya?"

saya : "baru saya buat kok"

dia : " kok munek gini apa ini"

batin saya: "munek mbah mu paiman, susu enak e ngono og"

dia : "ini kamu campur apa?"

saya: "gula om"

dia " kamu mau ngracuni sayaaaaaaaa?"

saya: "loh loh sabar dhisik mas, ngopo iki?"

dia: "sabar mbah mu paiman, ini susu kok pake gula?"

saya: "lah apa mau saya kasih garam biar enak mas?"

dia : "susu itu ya susu. gak pake apa-apa"

saya : "kalo susu lengkap dengan "wadahnya" suka mas? ;) *ting* "



kemudian batin saya : "modaaaaaar pantes sak negoro ku diabetes"

3) Om Bule gak bisa akan pedes dikit.

Saya pun baru tahu fakta ini setelah beberapa bulan di Amerika Serikat dan tidak sedikitpun menemukan yang namanya SAUS SAMBAL yang bergambar lombok. Apa-apanya serba saus tomat atau saus masakan meksiko.

Kemudian melihat kesempatan ini saya pun mengajak teman saya makan makanan di restoran dengan title : THE HOTTEST CHILI IN THE CITY.
Yang kalah dan kepedesan duluan harus bayar 20 dolar. Saya tau saya pasti menang karena pedas bagi orang amerika itu bayi indonesia saja tidak akan nangis. Sambal korek mungkin bisa membuat lidah orang amerika korengan :p

Dan ternyata dugaan saya benar. Saya dan teman-teman saya membeli Burrito (makanan meksiko) dengan kadar ekstra hot dan mereka yang menggigit baru sekali sudah ampun-ampun, padahal bagi saya (atau lebih tepatnya bagi kita orang indonesia) masakan padang yang tidak pedas pun lebih dari itu. Dengan kondisi yang demikian pun, kontan ketika suatu waktu saya memakan sambel pecel buatan saya sendiri yang di kirim dari emak bapak saya di Indonesia, saya langsung mencret-mencret.

Oh iya, berbicara tentang kiriman dari Indonesia, saya benar-benar kecewa dengan emak bapak saya karena MEREKA SALAH KIRIIIIIIIIM. Saya sudah bilang disini tidak ada saus pedas, adanya saus tomat dan kangen saus pedas, tapi yang dikirim adalah seabrek saus tomat indonesia. jenengan niku piye to pak paaak -_________-

Ada lagi yang saya tidak suka, yaitu sarapan di amerika. sarapan menunya adalah roti toast atau sereal atau donat. Suatu ketika saya sarapan dengan pizza dan lagi-lagi saya dikatai orang sableng. Namun itu bukan alasan saya untuk menyerah berargumen.
Saya jawab demikian :

"Wah kalau di negara saya itu agraris, om. Orang nya macul dan sebagainya, jadi budaya kami sebelum bekerja keras makan pun harus porsi besaar"

(Sambil tertawa lebar karena menemukan pembenaran lumayan ilmiah buat ngeles)

Namun dari itu semua saya jadi berpikir bahwa rasa kangen itu terkadang (bukan setiap kali) merupakan pengejawantahan penyia-nyiaan. Dulu ada rasa elit, bangga atau bagaimana pun anda mendefinisikannya jika makan KFC, McDonald atau fast food-fast food lainnya. Namun hidup beberapa di Amerika Serikat membuat saya menyadari bahwa saya telah menyia-nyiakan cita rasa Indonesia itu tadi. Jika hari ini saya disodori KFC atau sebungkus nasi dengan krupuk dan sambel korek, saya pasti akan mengambil pilihan kedua.

Manusia itu pada kodratnya memang tidak bersyukur, selalu ingin apa yang tidak nyata (brhubungan dengan eksistensial, ada atau tidak ada). Memang tanpa syukur itu hawa nafsu manusia tidak ada batasnya. Semoga menjadi pelajaran bagaimana kita lebih bersyukur dengan budaya dan cita rasa kita sendiri :)






*) kenapa gambarnya ayam goreng? haha saya juga ga tau. saya pikir mungkin karena sekarang saya belum makan dan kangen ayam kremes indonesia.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.19 -- KOMODO


Beberapa hari yang lalu saya berada di suatu pertemuan formal dan beberapa orang spontan menyapa saya karena selang beberapa hari sebelum pertemuan ini diselenggarakan, nama saya termuat dalam surat kabar tentang presentasi saya dan pementasan wayang kulit saya. Cukup terharu kala itu dihampiri kemudian disalami dan diucapkan selamat atas kesuksesan saya menampilkan wayang kulit di acara pendidikan di sekolah bernama St.Anthony.

Kemudian beberapa orang menanyakan kembali darimana asal negara saya. Saya jawab saya dari Indonesia. Spontan banyak orang langsung merespon yang kira-kira dalam bahasa Indonesia:

" Oh. Negara yang satu-satunya tempat naga hidup ya?"

saya jawab:

"Komodo maksud anda?"
"Yes yes, that one. Komodo Dragon" ia menambahi.
Kemudian saya pun panjang lebar menjelaskan tentang binatang khas Indonesia itu dengan keunikannya sebgai satu-satunya spesies naga yang hidup didunia. Saya sendiri tidak tahu mengapa pembicaraan jadi beralih menjadi membahas komodo.

Namun semenjak itu saya jadi berpikir bahwa kebanyakan dari kita (orang Indonesia) sepertinya sudah melupakan keunikan ini. Bayangkan, SATU-SATUNYA SPESIES NAGA DI DUNIA. SATU-SATUNYA BINATANG YANG HIDUP HANYA DI INDONESIA. Saya sendiri terhenyak ketika merenungkan hal ini. Betapa apatisnya diri saya hingga melupakan hal ini sedangkan bangsa lain begitu tertarik dan berantusias tentangnya. Betapa naif kita. Kemudian pikiran saya jauh mengawang. Mungkin bukan hanya wayang kulit dan kebudayaan jawa yang bisa saya persembahkan untuk kontribusi saya terhadap Indonesia. Mungkin jauh nanti di masa depan, saya ingin melestarikan Komodo. Saya merasa seperti pengecut jika suatu saat nanti saya meninggal dan saya tidak melakukan sesuatu untuk bangsa saya. Saya malu. Saya bersalah pada diri saya sendiri. Bagaimana bisa saya hidup hanya untuk sekedar hidup tanpa membayar apa yang telah tanah air saya berikan kepada saya. Saya tidak akan bermulut besar menjadikan Indonesia negara adidaya seperti Amerika Serikat atau Russia atau Jepang dan sterusnya. Setidaknya saya berkeinginan menjaga dan nguri-uri ngrembakaning ciri khas Indonesia. Bukan saya berbicara tidak mungkin Indonesia menjadi bangsa besar. Namun apa yang saya katakan adalah bagaimana membuat suatu langkah riil yang tidak bersifat utopis. Jika suatu bangsa saja tidak dapat menjaga ciri khasnya, bagaimana dia akan menjaga kebesarannya di mata dunia. Bangsa yang besar dimulai dari kesadaran yang tinggi. Sadar akan ciri khas dan jati diri bangsa, sadar akan perjuangan dan pengorbanan sejati negarawan yang bukan semata-mata gila harta.

Marilah bersama-sama kita junjung negara kita. Dengan sekecil apapun upaya yang dapat kita lakukan. Malu lah jika selama ini anda belum bisa berbuat sesuatu untuk bangsa anda. Yang telah memeberikan tanahnya, kekayaan nya, perlindungannya. Kumbakarna pun yang notabene sebagai raksasa yang diyakini berderajat lebih nista dari manusia rela mati secara tragis untuk negaranya. Karna dengan keangkuhannya pun tetap mati untuk negaranya, seharusnya manusia yang berhati rendah lebih terketuk dari mereka :)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.18 -- You are an american if

1) Kamu tidak bisa sarapan dengan makanan berat seperti nasi dan lauk pauk
2) Kamu mandi sehari sekali
3) Kamu tidak perlu jemuran di halaman untuk menjemur pakaian mu yang baru dicuci
4) Kamu meminum soda minimal sehari 3 botol
5) Kamu bersorak lebih keras ketika menonton American Football daripada sepakbola
6) Kamu mengendarai kendaraan sesuai rambu lalu lintas
7) Kamu bercebok dengan tisu
8) Kamu merasa dibakar api neraka ketika di Indonesia
9) Kamu membedakan menu sarapan, makan siang dan makan malam
10) Kamu pergi ke Mall atau Walmart hanya sekedar bermain petak umpet
11) Kamu rajin menghadiri party
12) Kamu membenci freshmen (setara anak kelas 1 SMA)
13) Kamu lebih suka ke fast food restaurant daripada warteg
14) Kamu tidak bisa memakan makanan pedas
15) Kamu suka keju
16) Kamu ingin menghitamkan kulitmu
17) Kamu hanya memakai satu kartu telepon sampai minimal dua tahun
18) Kamu bekerja walaupun masih sekolah
19) Kamu tidak merasakan macet
20) Kamu tidak bisa menyogok polisi ketika kamu tertilang
21) Kamu tidak repot-repot memikir UAN dan kelulusan
22) Kamu lebih suka melihat pertandingan sport daripada cheerleadernya
23) Kamu tidak takut anjing
24) Kamu menghabiskan Rp 200.000 sehari tanpa pikir-pikir
25) Kamu malam sabtuan bukan malam mingguan
26) Kamu berselimutan bukan dengan sarung melainkan selimut lapis 3
27) Kamu tidak pernah keluar rumah dengan sandal
28) Kamu tidak bisa naik motor tapi jutsru mahir naik mobil
29) Kamu buang air besar duduk
30) Kamar mandimu tidak basah
31) Celana dalam mu adalah boxer (untuk cowok) , bukan celana dalam segitiga
32) Lebih suka myspace daripada facebook atau twitter
33) Tidak heboh ketika piala dunia
34) Repot-repot memakai sun-block agar kulit tidak terbakar
35) Ganti cat rambut 5 bulan sekali
36) Masih bangun jam 3 pagi
37) Kalau tidak bisa mengerjakan ulangan bukan mencontek tapi dikosongkan
38) Kalau membunderi LJK tidak rapih
39) Tanda tangannya bukan uler panjang dan bisa dibaca
40) Bilang fast food itu buruk tapi tetap makan fast food

Beberapa poin akan saya jelaskan disini

1) Di amerika, kamar mandi tidak diperbolehkan basah. Basah hanya dibagian bath tub nya saja. Karena air sangat mahal, maka mandi dianjurkan hanya sehari sekali. Disamping itu juga karena udaranya tidak terlalu lembab sehingga tidak mandipun badan masih wangi.

2) Dulu saya heran kalau melihat di tivi-tivi, rumah-rumah amerika kok sepertinya tidak berjemuran? Ternyata memang benar dugaan saya. Bahwa tidak pernah ada jemuran. Melainkan memakai teknologi pengering yang tinggal 30 menit saja sudah kering-ring.

3) Orang amerika mengatakan sarapan memakai makanan besar seperti pizza atau burger adalah menjijikkan. Jadi ketika sarapan hanya ada roti atau snack. Saya kalau sarapan rotinya sampai 4 baru mengganjal sedikit.

4) Di amerika, hari sabtu adalah hari libur. Jadilah lahir istilah malam sabtuan yang justru lebih terkenal dari malam mingguan.

5) Saking murahnya mobil, hampir setiap remaja amerika memiliki mobil sendiri. Ketika saya tanya bisa naik motor tidak, kebanyakan menjawab tidak bisa sama sekali.

6) Beberapa orang amerika menganut paham bahwa cowok dengan celana dalam segitiga adalah gay haha
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.17 -- Kehidupan Remaja Amerika


Saya baru saja pulang dari menyaksikan pertandingan basket sekolah saya dengan sekolah lain. Lebih tepatnya sepulang bersorak-sorak mendukung tim basket sekolah saya. begitulah kehidupan remaja high school amerika. Sport, chauvunisme sekolah dan having fun adalah all about it. Kemudian sepulang itu saya menulis artikel ini. Karena masih segar di ingatan saya bahwa saya akan bercerita kehidupan remaja amerika.

Tersadar atau sedikit menyadari, darah remaja amerika sedikit demi sedikit merasuki tubuh saya. Cara pandang saya mungkin sudah berubah. Orientasi saya pun juga berubah semenjak saya mengenal negara ini. Termasuk hal yang tabu dan "sakral" yang saya tidak pernah tahu di Indonesia. Namun yang perlu saya tekankan adalah, bahwa hal yang tabu bukan berarti hal yang ditafsirkan sebagai sesuatu yang salah. Saya lebih mengartikannya sebagai suatu sumber yang darinya saya dapat mengambil suatu studi analisis untuk dikomparasikan berdasarkan konteks, nilai dan proporsinya masing-masing.

Kehidupan remaja di amerika adalah suatu hal unik tersendiri yang ingin saya bagi bersama teman-teman. Dimana saya ingin menyajikannya untuk menjadi sebuah wacana atau tuladha. Tuladha bukan hanya meliputi hal-hal yang baik, namun juga belajar dari hal yang buruk untuk mengambil kebaikannya.

Kehidupan remaja amerika banyak diwarnai tentang kegiatan sekolah mereka, cinta, pekerjaan dan having fun. Kegiatan di High School di amerika sangat beragam dari mulai Football (American Football), Sepak Bola, Tennis, Basket, Baseball dan macam-macam sport lainnya. Atau ada juga Cheerleader yang selalu ada ketika sekolah bertanding home, FBLA (Future Business Leader of America) yang merupakan wadah kewirausahaan siswa amerika , HOSA (Health Occupations Student of America) yang mirip Palang Merah Remajanya amerika, NHS (National Honor Society) yang merupakan wadah siswa berprestasi dengan IP (Indeks prestasi atau yang disini disebut GPA yaitu Grade Point Average) diatas 3.5 dan lain sebagainya. Saya sendiri adalah anggota tim baseball sekolah saya dan National Honor Society. Saya sempat melamar HOSA namun tidak diterima karena tidak punya latarbelakang medis haha.

Begitulah salah satunya kehidupan remaja amerika disibukkan dengan kegiatan ekstrakulikuler mereka. Apalagi masalah sport, semua siswa boleh dikatakn berantusias. Di Amerika, satu kota mungkin hanya ada satu sekolah. Seperti High School dikota saya, satu-satunya ya hanya Sterling High School. Dan mereka memiliki sport seperti pertandingan asli saja. Memiliki lapangan dan segalanya lengkap. Jadi lahirlah istilah Home or Away. Ketika pertandingan Home, maka semua elemen sekolah akan saling kompak semangat menyemangati. Ada kelompok Drum Band yang akan memainkan lagu-lagu gagah ketika kami mencetak score. Ada juga Cheerleader-cheerleader yang bersorak-sorak untuk mendukung dengan rok mininya. Dan di barisan depan, bersiaplah orang-orang dengan berbadan besar bersorak-sorak untuk tim kami dan berdiri (standing applause) untuk mendukung mati-matian tim kami. Saya seringkali ikut di barisan orang-orang besar itu haha. Sport adalah segalanya di amerika.

Kehidupan lainnya adalah bekerja. Meski demikian, tidak sedikit juga anak-anak amerika yang bekerja sendiri untuk uang saku mereka. Ketika saya tanya untuk apa, mereka menjawab untuk bayar bensin mobil, untuk asuransi mobil dan lain sebagainya. Inilah mungkin yang kita perlu belajar. Semangat dan kerja keras mereka dibalik itu semua. Bekerja dari pulang sampai larut malam, kemudian setelah itu mereka masih harus mengerjakan PR dan tugas-tugas sekolah. Bisa dibayangkan betapa melelahkannya.

Namun dibalik itu juga, pastilah ada sisi-sisi keremajaan yang melekat. Yaitu masalah party, dance, clubbing dan lain sebagainya. Hal-hal demikian bukanlah hal yang tabu lagi. Seperti kata Miley Cirus, "It is a party in USA". Saking terkenalnya remaja = party di amerika. Kalau mau tahu apa saja yang dilakukan ketika party, tanya saya langsung saja haha.

Yang tidak kalah menarik juga masalah percintaan remaja amerika. Yang dulu saya kira berbeda, ternyata saya temukan kurang lebih sama. Hanya saja bagi saya mungkin agak kompleks. Mungkin karena nilai budaya yang saya anut berbeda dengan apa yang mereka resapi. Lebih kompleks karena di beberapa poin, seorang pasangan memperbolehkan pasangnnya berhubungan fisik dengan orang lain seperti berpelukan, jika saja itu saya pastilah saya cemburu. Disamping itu, pola hubungan remaja amerika banyak mengandung unsur persinggungan fisik yang saya lihat berbeda dengan pola hubungan remaja di indonesia (iya ga sih? haha) melihat teman saya berciuman di depan locker atau didepan kelas adalah pemandangan yang biasa bagi saya sehari-hari. Seperti yang saya katakan tadi, mungkin begitulah yang mereka resapi sebagai kasih sayang. Kita tidak perlu menjustifikasi apapun. Kita memiliki nilai kita sendiri dan nilai-nilai yang kita pahami dan kita resapi yang mungkin berbeda dengan interpretasi mereka.

Seperti itulah kira-kira gambarannya. Semoga dapat dijadikan wacana dan diambil
pelajaran.

Berikut saya tampilkan salah satu pertandingan basket sekolah saya

http://www.youtube.com/watch?v=Ii97ZIKGW_k

Favorit saya adalah sahabat baik saya sendiri, Bobby Lebsock (12) dan Brent Avila (22)

nb : Seragam putih
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.16 -- Suka dan Duka

Baru-baru ini saya menemukan buku di perpustakaan sekolah saya, Sterling High School tentang seorang gadis amerika bernama Megan McNeill yang berbicara tentang pengalamannya sebagai exchange student di Prancis. Dengan program yang sama seperti saya yaitu AFS. Setelah membaca tulisan Megan tentang dukanya menjadi seorang exchange student, saya jadi teringat bahwa saya hanya menyatakan hal-hal manis dalam blog saya. Sebenarnya tidak selamanya manis menjadi seorang pelajar di luar negeri. Jujur saja, kadang saya sendiri tidak tahu apa yang akan saya lakukan dan apa yang sedang saya lakukan. Sesuatu memang selalu datang dengan sisi baik dan buruk. Saya tidak munafik untuk mengatakan bahwa menjadi pelajar diluar negeri tidak seindah yang mungkin dibayangkan.

Saya pun dulu membayangkan utopia yang serba indah dan hidup yang serba nyaman. Namun sepertinya hidup berkata lain, dimanapun itu, hidup tidak pernah mudah. Menjadi pelajar luar negeri meninggalkan semua yang kita cintai. Bukan hanya orang-orang, tapi segalanya. Bahasa, makanan, budaya, hobi. Banyak teman-teman saya dari mancanegara yang begitu saja menyerah karena saking beratnya. Saya tidak menyalahkan mereka, karena saya merasakan sendiri bahwa hidup di negeri orang memang berat. Dengan orang-orang yang serba asing dan cara pandang mereka terhadap masalah yang sama sekali berbeda dengan kita.

Sebelum berangkat dulu, saya mengenal betul kata "culture shock" dan "language barrier" tapi saya belum menyadari seberapa besar impactnya dua kata itu terhadap hidup saya nanti. Ternyata memang bukan main-main. Sangat besar. Dua kata yang memisahkan saya dengan orang-orang asing ini. Karena saya tidak berbicara bahasa mereka, dan karena kadangkala saya tidak sepaham dengan pandangan mereka. Apa yang saya dapat dalam pelajaran bahasa Inggris di Indonesia, ternyata hanya sedikit membantu. Terlalu banyak diksi yang mereka gunakan berbeda dengan yang dipelajari di Indonesia dulu. Apalagi masalah idiom, sudah urusan berat menafsirkan istilah-istilah mereka seperti : "Loco Boca Pesa" , "Pain in the ass" dan lain sebagainya.

Bulan-bulan awal pun saya alami seperti saya "tidak hidup". Berbicara hanya dengan bahasa Tarzan dan lebih banyak mendengarkan. Kadangkala terlihat seperti kumpulan mulut yang terbuka yang tidak saya tahu apa yang mereka bicarakan. Fase-fase tersebut berlangsung sampai 3 bulan lamanya. Hingga akhirnya di 3 bulan saya tiba-tiba dapat mencerna apa yang mereka bicarakan dan memberikan respon balik. Senang sekali rasanya kala itu. Sebenarnya bukan masalah ketidakbisaannya mencerna kalimat, namun isi didalam kalimat itu yang tidak dipahami. Seringkali mereka membicarakan suatu istilah, benda atau sistem yang belum pernah kita tau sebelumnya.

Ketika berbicara pun tidak akan membahas hal yang kita ingin bahas, namun hal yang mereka igin bahas. Selalu begitu. Selalu tidak pernah ada celah untuk diperhatikan. Bukan tidak ada, namun sedikit sekali.Sebulan dua bulan mungkin menjadi pusat perhatian, namn lebih dari itu saya tidak lebih adalah tetap menjadi orang lain dalam kehidupan mereka. Kadangkala ingin rasanya saya memprotes, "kenapa kalian apatis sekali?". Terkadang berbicara pun diselingi tawa mereka atau kening yang berkerut karena mengucapkan tidak benar atau lucu.

Hidup dalam kesendirian dan berbicara hanya pada diri sendiri. Melakukan segalanya sendiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Belum jika kenangan-kenangan tanah air datang menyelimuti. Hanya ada rasa sakit dan tangis dalam hati. Meninggalkan segalanya dan hidup bagai orang yang benar-benar tidak mengenal dunia sebelumnya. Semua terlihat berbeda. Semua yang kita kenal tidak ada didepan kita. Dan belajar meraba dan mengenali benda satu demi satu bagai bayi yang baru lahir. Hanya saja bayi itu sudah terlanjur mengenal benda dan jauh telah menginterpretasikannya dalam ideologinya.

Namun apa yang saya katakan tidak sepenuhnya benar dan berlaku di semua dimensi waktu, adakalanya pula saya merasakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri. Ketika melihat Football, Basket atau tim sekolah bertanding dan bersorak-sorak bersama teman-teman amerika saya, rasanya sudah lupa kalau saya orang Indonesia. Yah, semua memang tergantung moodnya dan labilitasnya saja. Kurvanya bisa nak ekstrem atau disatu sisi juga turun secara ekstrem.

Tapi dibalik itu semua, saya belajar hal yang tidak pernah akan saya pelajari jika saya masih di Indonesia. Terlalu banyak hal. Diluar negeri bukan selamanya mengenai having fun, tapi lebih menjadi sebuah pelajaran.Tentang kesadaran pribadi dan kepekaan sosial.Tentang memahami masyarakat yang baru dan terlibat didalamnya. Tentang melahirkan kesadaran pribadi dan tanggungjawab individu atas dirinya. Tentang hidup dan kehidupan dan tentang realita global.

Tanpanya, saya tidak akan pernah belajar arti kehidupan yang sesungguhnya. Yang begitu luas dan kompleks. Yang dulu saya tafsirkan begitu dangkal dan sepele. Namun nyatanya tidak demikian setelah melihat kenyataan sebenarnya yang hidup sodorkan pada saya saat ini.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS