[Live as an Exchange Student] BONUS PAGE

Buat pembaca setia blog Gineng Sakti, hari ini saya persembahkan edisi bonus blog ini mengenai cerita terdahulu.

Masih ingat postingan saya tentang Casey Spitz di kelas kimia saya yang saya bilang banyak membawa masalah dan selalu sembrono di laboraturium kimia?

Masih ingat anak India yang menyebalkan?


Yup, di edisi bonus ini saya menampilkan cerita lanjutan dua anak tersebut karena postingan saya mengenai mereka saya buat ketika saya baru satu bulan disini. Sekarang sudah hampir satu tahun saya disini dan cerita sudah berbeda.

Casey Spitz ternyata adalah orang amerika terjenius di kelasnya dibandingkan teman-teman lain. Ia mendapat beasiswa dari NASA dan melanjutkan universitas gratis karena kemampuannya di bidang sains dan matematika. Ia memang anak yang ingin tahunya besar sehingga ketika di laboraturium tangannya bereksperimen ria.

Anak India yang dulu pernah saya ceritakan ternyata dipulangkan ke negaranya setelah baru 3 bulan di Amerika. Ia terlibat kasus besar yang tidak bisa saya publikasikan dan namanya terancam masuk blacklist pemerintah Amerika Serikat.

Demikian edisi bonus ini dilaporkan dari Sterling, Colorado.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.22 -- Wawasan Internasional

Suatu hari di Taman Pringgondani kerajaan raksasa buyut Gatotkaca dulu, Togog dan Mbilung sedang bercakap-cakap dari masalah cewek, duit, hingga politik. Siang itu mereka kebetulan baru saja menonton world cup malamnya antara Jerman vs Australia. Rupanya bung Togog dan Mbilung ini lumayan modern, mereka termasuk kaskuser dan penulis blog di komunitas blogger. Akun jejaring sosial mereka pun tidak hanya friendster yang jadi komunitas alay, namun lengkap sampai facebook, myspace, twitter dan bahkan skype. Sayang nya twitter bung Togog ber-following 1467 orang sedangkan followernya hanya 23 biji saja.

Siang itu mereka rupanya sedang agak intelek membahas politik negaranya yang semrawut. Padahal biasanya yang dibahas cewek cewek dan cewek. PDKT janda kerajaan sebelah atau ikut prom night anak SMA yang mau lulusan.

Togog : Lung, mbilung..katanya taun 2022 Pringgondani mau menjadi tuan rumah piala dunia?

Mbilung : Aduh jangan percaya HOAX gan..ane mah kagak percaya deh Pringgon bakal jadi host

Togog : Kok bisa?

Mbilung : Aduh gan..harusnya ente lebih sering buka thread kaskus dong ama baca blog nya ginengsakti.blogspot.com gan...kita ini jangan kan secara materi ekonomi bisa, secara mental aje mental kita tidak berwawasan internasional.

Togog : Wah edan ente gan. Gimana tuh lengkapnya?

Mbilung : Gini gan, artinya negara kita ini belum bisa menerima pluralisme dan toleransi. Kalo ane denger kata toleransi dan pluralisme di negara ini mah HOAX doang gan jangan dipercaya. Buktinya demo dimana-mana tanpa outcome dan kontrol yang jelas. Kebebasan berpendapat sih boleh aja, tapi ya jangan keterlaluan dan berbau anarkis. Iya kan gan?

Nah ini masih dalam lingkup domestik. Belum lagi kita berbicara masalah Internasional. Kalo kita nge host Piala Dunia, bakal banyak bule datang. Dan budaya barat itu salah satunya identik dengan minum. Misal nih ya, negara Jerman. Supporter Jerman kebanyakan berselebrasi dengan meminum beer karena beer itu adalah produk lokal Jerman tercinta seperti Timlo itu produk dari Solo. Bisakah bangsa kita bermental toleransi?

Ane secara personal sih ga begitu yakin gan. Dalam hati ane pun ga setuju dengan budaya minum, tapi dalam kajian ranah budaya ini sudah beda tafsir. Budaya barat memang bagi sebagian orangnya adalah kepuasan terhadap alkohol, tapi perlu diperhatikan juga bahwa mereka pun berbudaya berbeda dalam menyikapi budayanya. Tidak seperti Pringgondani yang alkoholnya bisa ditemukan dengan mudah di warung remang-remang kemudian warga kita "mendem" dan mengamuk atau memalak uang.

Budaya sana beda gan. Alkohol diatur bener-bener. Di batasi yang namanya drinking age. Di atur distribusinya melalui prosedur yang rumit dan sistematik agar tidak salah distribusi ke kaum-kaum belum cukup usia atau kaum "minor in possesion". Kontrol regulasinya pun ketat sperti dengan di tegakannya aturan "D.U.A (Driving Under Alcohol)" dan lain sebagainya.

Mungkin bagi mereka minum adalah hal wajar, namun bagi sebagian besar bangsa kita minum masih hal yang tabu dan tidak benar secara sosial. Oke gan. Ane ga akan berdebat masalah itu. Itu masalah moral dan keyakinan masing-masing, tapi yang ingin ane soroti adalah jika bangsa Pringgondani ini memang sudah berwawasan Internasional, toleransi mereka sudah tinggi. Ane beajar waktu ane ke Amerika gan. Ane pernah tanya ke salah satu teman ane yang kebetulan bukan peminum dan berpikir minum itu adalah sesuatu yg kurang tepat. Ane tanya gini :

"Kamu kenapa ga minum seperti kebanyakan temen-temen? Bukannya kamu sudah secara hukum legal?"

Jawabannya buset keren bener gan. Ane sampe gabisa nafas beberapa saat.

Dia jawab gini :

"Bagi saya, sesuatu yang di legalkan bukan berarti bermoral"

Jika saya telusuri dan renungi lagi memang bener gan. Kalau agan-agan pernah baca buku Nicolo Machiavelli tentang pengambilan keputusan yang bersifat pragmatik dan teori lain tentang pengambilan keputusan yang bersifat moral,
Bang Machiavelli berkata dalam bukunya bahwa tidak semua keputusan bersifat moral adalah keputusan terbaik namun di sisi lain keputusan yang bersifat pragmatik pasti bertentangan dengan keputusan moral.

Ilustrasinya begini gan. Mungkin agan agan ini sering dengar.

Ada 4 pasien, satu membuthkan jantung, satu membutuhkan liver dan satu membutuhkan kornea. Yang satunya lagi adalah pasien yang sehat bugar dan berencanauntuk periksa kesehatan.

Sebagai dokter, apakah agan akan mengambil jantung, liver dan kornea psien sehat bugar untuk mengobati dan menyelamatkan 3 pasien lainnya?


atau membiarkan apa adanya?

Apapun jawabannya adalah salah satu dr keputusan yang bersifat moral atau pragmatik.

Begitu pula hukum Barat. Tata aturan mereka bersifat moral dan pragmatik. Bukan hanya moral melulu. Namun intinya adalah toleransi sebagai fondasi dan dasar fundamental mereka gan, karena itulah kemudian negara mereka aman dan damai.

Amerika sendiri adalah negara relijius gan. Dalam konteks ini, relijius agama Kristen dan Katolik. Mereka aktif dalam kegerejaan dan lain sebagainya. Namun tata aturan pemerintah nya adalah ; Separation between the church and State, yang artinya mereka memisahkan urusan keagamaan dengan tata negara. Pemasangan spanduk "Selamat Natal" di Gedung Senat atau DPR mereka misalnya adalah sesuatu yang menyalahi hukum ini. Bisa dibayangkan jika Pringgondani begini? Bubrah. Orang-orang pada demo.

Amerika tidak demikian, walaupun mereka negara relijius dengan hukum sekuler, mereka tetap bersemangat menjalankan kepercayaan mereka dan menghormati hukum yang ada sehingga masih tegak menjadi bangsa yang damai sampai hari ini.

Begitulah gan sekilas tentang Wawasan Internasional, intinya bangsa kita belum bisa bertoleransi seperti bangsa besar lain nya. Selama di Amerika saya belajar hal ini gan. Bahwa bangsa yang besar adalah dimulai dari hati mereka yang berbesar, menerima pluralisme dan membangun harmoni. Berkebebasan namun bertanggung jawab, dan bertindak sebagai masyarakat madani.

Mau contoh lagi gan? Oke saya masih punya.

Di Amerika semuanya diukur dengan tenaga dan kerja gan. Etos kerja dijunjung tinggi. Ga pernah Maine sampai Washington ane lihat ada pengemis di Amerika gan. Bukan karena mereka negara kaya. Amerika pun punya orang-orang yg hidup di garis kemiskinan. Namun orang-orang tadi bekerja apapun gan. Atau mengadakan yang namanya fundraiser. Ga ada anak SD SMP SMA yang mau perpisahan kelas tinggal minta sumbangan orang tua gitu aja, mereka selain meminta sumbangan juga mengerjakan sesuatu misal menjual permen. Satu permen di hargai 3 dolar yang mana di dalam 3 dolar itu sudah mengandung sumbangan karen harga permen secara standar tidak segitu. Disitulah poinnya, mereka tidak hanya sekadar meminta, namun ada etos kerja di dalamnya. Saya juga pernah melihat orang dipinggir jalan dengan hujan lebat sambil bermantel dan membawa tulisan " I WILL WORK FOR FOOD"

Mereka pun menghargai orang-orang begitu gan. Bukan malah dihardik pintu ditutup. Ada orang yg meminta fundraiser misal anak-anak SD berjualan permen begitu mereka malah senang. Didukung habis-habisan. Akhirnya outcome nya pun kembali ke masyarakat mereka lagi yang menjadi masyarakat yang harmonis dan saling membantu.

Togog : Oh gitu ya kang, pantes......

Belum lama kemudian seorang janda cantik jelita melintas di taman tersebut. Pakaiannya tank top dan hot pants dengan hape Blackberry ditangannya sambil si janda itu BBM-an.

Togog : Eh kang ada target nih target, buruan serbu kita mintain PIN Blackberry nya.


Mbilung : Wah ini juga slah satu contoh tidak berwawasan Internasional nih. Bahas politik kalah sama bahas janda lewat.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sebuah Ungkapan Terima Kasih

Sebenarnya beberapa waktu lalu saya sempat tidak bergairah untuk menulis blog ini lagi, bahkan saya hampir lupa jika saya memiliki blog haha. Saya ucapkan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah mendukung saya tetap menulis dan mengupdate cerita-cerita terkini. Sebenarnya banyak yang ingin saya utarakan, namun sepertinya waktu belum begitu memihak. Dua tulisan terbaru saya pun mengalami beberapa kali revisi akibat efek vakum. Dan prototype nya pun terbiarkan tergeletak beberapa saat.

Suatu ketika teman saya berkata pada saya untuk menjadikan blog ini sebuah buku seperti Raditya Dika, dan saya berterimakasih untuk apresisasinya tersebut :) Kata-kata tersebut memacu saya untuk terus menulis kisah-kisah unik dari negeri seberang dengan bahasa saya yang campur campur dan bahasan yang tidak mutu. Namun berbicara masalah pembukuan, jika memang suatu saat nanti saya lakukan, sepertinya blog ini perlu nasionalisasi karena sebagian besar kata-katanya saya ucapkan dalam Bahasa Jawa haha.


Sekali lagi terima kasih dan selamat menikmati cerita-cerita yang akan saya tulis nanti :)

Jika anda memiliki kritik dan saran, silahkan sampaikan apapun itu sepahit sepedas apapun itu, bahkan kalau memang tidak suka boleh dimaki-maki :) atau mungkin hanya ingin sekadar berbagi pengalaman atau menanyakan hal yang lebih detil, silahkan kirim testimoni anda ke alamat :

gineng.sakti@yahoo.com

pesan yang anda dapat langsung dari henfon saya :p

Saya tunggu response dan partisipasinya :) Spasibo Bolshoi.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an Exchange Student] Part.21 --- Etika Moral


Berbicara mengenai etika sesungguhnya merupakan suatu kajian luas yang sebenarnya hampir sulit untuk diterjemahkan. Bukan saja karena etika dan nilai moral itu bersifat relatif namun juga karena mengandung banyak sekali nilai komparatif dan studi yang mendalam. Etika dan nilai moral sudah berbeda dalam radius etnik maupun suku. Apalagi berbicara mengenai etika dan nilai moral dalam kajian Internasional.


Berikut kajian saya dari sudut pandang saya yang "cupet" dan subyektif mengenai dua nilai di atas tersebut.

Masih berbicara tata etika lokal, perlu diperhatikan bahwa etika posting (dalam konteks jejaring sosial dan modernisme) perlu dijunjung tinggi. Etika dalam memposting bukan hanya mencakup bahasa dan intonasi, melainkan rasa tenggang rasa "tepo sliro" dan juga secara kontekstual. Saya menyayangkan orang-orang yang merasa lebih dari segalanya. Berpostingannya dengan nada iritatif dan memamerkan diri seolah-olah adalah orang paling bahagia di dunia dan orang paling hebat di dunia. Sebenarnya tidak ada yang salah bagi beberapa orang, namun perlu diketahui bahwa semua orang belum tentu menerima dengan tataran yang sama.

Contoh : Ini postingan si Bunga (sebut saja Bunga) *Apalnya cuman bunga kalo ada kasus pemerkosaan selalu jadi nama samaran* haha

Satu) "Horeee besok Obama dateng ke rumaaah mau dangdutan ama bokap :D"
Respon dalam hati: Wah itu anak keren banget

Dua) "New Yoooork City I am comiiing, baby"
Respon : Bawain patung liberty ya :)

Tiga) " Nonton World Cup langsung sambil di kipasin David Beckham emang paling manteeep"
Respon dalam hati: yayaya

Empat) "Singapur jam segini kok panas banget siiiih?"
Respon dalam hati : Makan tuh Singapur

Lima) "Lagi dipijitin Christiano Ronaldo nih. Ganteng banget gila"
Respon : Mas Christiano Ronaldo, di tendang sampe portugal aja itu anak

Enam) "Lagi golf sama papa sama Tiger Wood :D"
Respon dalam hati : Jadi yang ngambilin bola? Pantes emang.

See what I am talking about?



Saran saya, jika anda ingin menjadi orang yang dihargai, belajarlah menggunakan rasa dan kecerdasan interpersonal. Melakukan tanpa disuruh dan memahami perasaan orang lain seperti memahami diri sendiri. Banyak contoh kasus etika seperti ini yang berakibat fatal hingga ke jeruji besi. Misal kisah postingan berbau rasisme pemuda dari Bali dan Mahasiswa ITB yang menjadi geger masyarakat walaupun mereka anggap itu hanya dalam tataran bergurau.

"Think before you post" -kata sebuah iklan layanan masyrakat di Amerika Serikat-

" Jaman Sekarang bukan cuma jaga lidah, tapi jaga keyboard" -Rudy Wiratama-


Demikian lah sekilas tentang etika.

Berbicara masalah moral, mungkin saya akan lebih menggarisbawahi topik IKHLAS dan SYUKUR secara lebih spesifik.

Dua hal tersebut mungkin adalah dua ilmu terbesar yang saya dapatkan selama di Luar Negeri. dulu semenjak kecil Ibu saya selalu berkata pada saya kalau menjadi orang itu jadilah orang yang "lembah manah" yang artinya rendah hati dan tidak sombong ceileeee. Namun lambat laun saya menemukan juga arti lembah manah tersebut tidak hanya sebatas itu, melainkan mencakup rasa syukur dan ikhlas sebagai bagian kerendahhatian. Tidak mudah memang menjadi orang yang bersyukur. Merupakan suatu hal yang wajar karena manusia adalah makhluk yang bernafsu. Bukan sesuatu yang buruk karena sesungguhnya nafsu itulah yang membuat manusia tetap dalam eksistensinya di dunia. Namun ada tataran tertentu dimana nafsu harus dikendalikan sedemikian rupa agar tidak menganggu keseimbangan. Tidak ada hal yang baik jika kita berbicara masalah eksesitas (kelebihan). Dunia itu diciptakan seimbang sehingga sebagai materi dari dunia atau "jagad" itu sendiri, kita harus seimbang agar selaras secara kodrati.

Disanalah masalahnya, menjadi seimbang lebih sulit daripada menjadi super. Mempertahankan lebih sulit daripada mendapat. Manusia akan selalu bernafsu jika mereka tidak terbatasi oleh syukur. Manusia hidup dalam dimensi imajinatif mereka jauh dari kemampuan mereka menyadari realita. Setiap orang bermimpi menjadi orang sukses, bermobilkan lamborghini, bertwitter dengan follower 100.000 orang, bersarapan McDonald setiap hari, dan ber ber lainnya. Saya pun demikian. Pergi ke Amerika dengan bermimpikan berumah mewah, keluarga professor, traveling ke Califonia New York Chicago Boston dan Berlin (????) dan berciuman dengan Cameron Diaz (???? *lagi*) . Lambat laun saya terbangun dari mimpi saya bahwa hidup ini tidak selalu apa yang kita mimpikan. Realita memang pahit, namun mimpi yang tiada akhir jauh lebih pahit. Keluarga saya hanya orang biasa dengan rumah biasa dan saya pun tidak berciuman dengan Cameron Diaz (????). Kemudian saya menyadari bahwa banyak remaja memimpikan Amerika dan saya bahkan kala itu masih terpuruk dalam ke-tidak-syukur-an. Dunia itu indah jika kita yang membuat nya indah. Tidak ada yang akan membuat dunia ini indah kecuali diri kita sendiri. Manusia sekaya Michael Jackson pun bermasalah. Manusia sehebat Hitler pun tumbang dalam ambisinya.

NOTHING, NOTHING MAKES HAPPY, except the feeling which comes from the deepest heart.

Manusia yang tidak bisa bersyukur adalah manusia yang membuang waktu mereka menyia-nyiakan apa yang mereka miliki. Dalam konteks matematis pun hal tersebut terbuktikan salah.

1 tentu lebih besar dari 0

Bilangan Real tentu lebih besar dari bilangan imajinatif.

5 > 10.000i

walaupun 5 bernilai lebih kecil dari 10.000 , namun dalam kasus 5 real dan 10.000 i, 5 real bernilai lebih besar karena bukan merupakan unsolveable solution.

Percayalah manusia itu tidak akan pernah terpuaskan nafsunya kecuali mereka bersyukur dan merasa tercukupkan atas apa yang mereka dapat :)






ilustrasi : contoh post tidak bertanggungjawab
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS