[Live as an exchange student] Part.19 -- KOMODO


Beberapa hari yang lalu saya berada di suatu pertemuan formal dan beberapa orang spontan menyapa saya karena selang beberapa hari sebelum pertemuan ini diselenggarakan, nama saya termuat dalam surat kabar tentang presentasi saya dan pementasan wayang kulit saya. Cukup terharu kala itu dihampiri kemudian disalami dan diucapkan selamat atas kesuksesan saya menampilkan wayang kulit di acara pendidikan di sekolah bernama St.Anthony.

Kemudian beberapa orang menanyakan kembali darimana asal negara saya. Saya jawab saya dari Indonesia. Spontan banyak orang langsung merespon yang kira-kira dalam bahasa Indonesia:

" Oh. Negara yang satu-satunya tempat naga hidup ya?"

saya jawab:

"Komodo maksud anda?"
"Yes yes, that one. Komodo Dragon" ia menambahi.
Kemudian saya pun panjang lebar menjelaskan tentang binatang khas Indonesia itu dengan keunikannya sebgai satu-satunya spesies naga yang hidup didunia. Saya sendiri tidak tahu mengapa pembicaraan jadi beralih menjadi membahas komodo.

Namun semenjak itu saya jadi berpikir bahwa kebanyakan dari kita (orang Indonesia) sepertinya sudah melupakan keunikan ini. Bayangkan, SATU-SATUNYA SPESIES NAGA DI DUNIA. SATU-SATUNYA BINATANG YANG HIDUP HANYA DI INDONESIA. Saya sendiri terhenyak ketika merenungkan hal ini. Betapa apatisnya diri saya hingga melupakan hal ini sedangkan bangsa lain begitu tertarik dan berantusias tentangnya. Betapa naif kita. Kemudian pikiran saya jauh mengawang. Mungkin bukan hanya wayang kulit dan kebudayaan jawa yang bisa saya persembahkan untuk kontribusi saya terhadap Indonesia. Mungkin jauh nanti di masa depan, saya ingin melestarikan Komodo. Saya merasa seperti pengecut jika suatu saat nanti saya meninggal dan saya tidak melakukan sesuatu untuk bangsa saya. Saya malu. Saya bersalah pada diri saya sendiri. Bagaimana bisa saya hidup hanya untuk sekedar hidup tanpa membayar apa yang telah tanah air saya berikan kepada saya. Saya tidak akan bermulut besar menjadikan Indonesia negara adidaya seperti Amerika Serikat atau Russia atau Jepang dan sterusnya. Setidaknya saya berkeinginan menjaga dan nguri-uri ngrembakaning ciri khas Indonesia. Bukan saya berbicara tidak mungkin Indonesia menjadi bangsa besar. Namun apa yang saya katakan adalah bagaimana membuat suatu langkah riil yang tidak bersifat utopis. Jika suatu bangsa saja tidak dapat menjaga ciri khasnya, bagaimana dia akan menjaga kebesarannya di mata dunia. Bangsa yang besar dimulai dari kesadaran yang tinggi. Sadar akan ciri khas dan jati diri bangsa, sadar akan perjuangan dan pengorbanan sejati negarawan yang bukan semata-mata gila harta.

Marilah bersama-sama kita junjung negara kita. Dengan sekecil apapun upaya yang dapat kita lakukan. Malu lah jika selama ini anda belum bisa berbuat sesuatu untuk bangsa anda. Yang telah memeberikan tanahnya, kekayaan nya, perlindungannya. Kumbakarna pun yang notabene sebagai raksasa yang diyakini berderajat lebih nista dari manusia rela mati secara tragis untuk negaranya. Karna dengan keangkuhannya pun tetap mati untuk negaranya, seharusnya manusia yang berhati rendah lebih terketuk dari mereka :)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.18 -- You are an american if

1) Kamu tidak bisa sarapan dengan makanan berat seperti nasi dan lauk pauk
2) Kamu mandi sehari sekali
3) Kamu tidak perlu jemuran di halaman untuk menjemur pakaian mu yang baru dicuci
4) Kamu meminum soda minimal sehari 3 botol
5) Kamu bersorak lebih keras ketika menonton American Football daripada sepakbola
6) Kamu mengendarai kendaraan sesuai rambu lalu lintas
7) Kamu bercebok dengan tisu
8) Kamu merasa dibakar api neraka ketika di Indonesia
9) Kamu membedakan menu sarapan, makan siang dan makan malam
10) Kamu pergi ke Mall atau Walmart hanya sekedar bermain petak umpet
11) Kamu rajin menghadiri party
12) Kamu membenci freshmen (setara anak kelas 1 SMA)
13) Kamu lebih suka ke fast food restaurant daripada warteg
14) Kamu tidak bisa memakan makanan pedas
15) Kamu suka keju
16) Kamu ingin menghitamkan kulitmu
17) Kamu hanya memakai satu kartu telepon sampai minimal dua tahun
18) Kamu bekerja walaupun masih sekolah
19) Kamu tidak merasakan macet
20) Kamu tidak bisa menyogok polisi ketika kamu tertilang
21) Kamu tidak repot-repot memikir UAN dan kelulusan
22) Kamu lebih suka melihat pertandingan sport daripada cheerleadernya
23) Kamu tidak takut anjing
24) Kamu menghabiskan Rp 200.000 sehari tanpa pikir-pikir
25) Kamu malam sabtuan bukan malam mingguan
26) Kamu berselimutan bukan dengan sarung melainkan selimut lapis 3
27) Kamu tidak pernah keluar rumah dengan sandal
28) Kamu tidak bisa naik motor tapi jutsru mahir naik mobil
29) Kamu buang air besar duduk
30) Kamar mandimu tidak basah
31) Celana dalam mu adalah boxer (untuk cowok) , bukan celana dalam segitiga
32) Lebih suka myspace daripada facebook atau twitter
33) Tidak heboh ketika piala dunia
34) Repot-repot memakai sun-block agar kulit tidak terbakar
35) Ganti cat rambut 5 bulan sekali
36) Masih bangun jam 3 pagi
37) Kalau tidak bisa mengerjakan ulangan bukan mencontek tapi dikosongkan
38) Kalau membunderi LJK tidak rapih
39) Tanda tangannya bukan uler panjang dan bisa dibaca
40) Bilang fast food itu buruk tapi tetap makan fast food

Beberapa poin akan saya jelaskan disini

1) Di amerika, kamar mandi tidak diperbolehkan basah. Basah hanya dibagian bath tub nya saja. Karena air sangat mahal, maka mandi dianjurkan hanya sehari sekali. Disamping itu juga karena udaranya tidak terlalu lembab sehingga tidak mandipun badan masih wangi.

2) Dulu saya heran kalau melihat di tivi-tivi, rumah-rumah amerika kok sepertinya tidak berjemuran? Ternyata memang benar dugaan saya. Bahwa tidak pernah ada jemuran. Melainkan memakai teknologi pengering yang tinggal 30 menit saja sudah kering-ring.

3) Orang amerika mengatakan sarapan memakai makanan besar seperti pizza atau burger adalah menjijikkan. Jadi ketika sarapan hanya ada roti atau snack. Saya kalau sarapan rotinya sampai 4 baru mengganjal sedikit.

4) Di amerika, hari sabtu adalah hari libur. Jadilah lahir istilah malam sabtuan yang justru lebih terkenal dari malam mingguan.

5) Saking murahnya mobil, hampir setiap remaja amerika memiliki mobil sendiri. Ketika saya tanya bisa naik motor tidak, kebanyakan menjawab tidak bisa sama sekali.

6) Beberapa orang amerika menganut paham bahwa cowok dengan celana dalam segitiga adalah gay haha
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.17 -- Kehidupan Remaja Amerika


Saya baru saja pulang dari menyaksikan pertandingan basket sekolah saya dengan sekolah lain. Lebih tepatnya sepulang bersorak-sorak mendukung tim basket sekolah saya. begitulah kehidupan remaja high school amerika. Sport, chauvunisme sekolah dan having fun adalah all about it. Kemudian sepulang itu saya menulis artikel ini. Karena masih segar di ingatan saya bahwa saya akan bercerita kehidupan remaja amerika.

Tersadar atau sedikit menyadari, darah remaja amerika sedikit demi sedikit merasuki tubuh saya. Cara pandang saya mungkin sudah berubah. Orientasi saya pun juga berubah semenjak saya mengenal negara ini. Termasuk hal yang tabu dan "sakral" yang saya tidak pernah tahu di Indonesia. Namun yang perlu saya tekankan adalah, bahwa hal yang tabu bukan berarti hal yang ditafsirkan sebagai sesuatu yang salah. Saya lebih mengartikannya sebagai suatu sumber yang darinya saya dapat mengambil suatu studi analisis untuk dikomparasikan berdasarkan konteks, nilai dan proporsinya masing-masing.

Kehidupan remaja di amerika adalah suatu hal unik tersendiri yang ingin saya bagi bersama teman-teman. Dimana saya ingin menyajikannya untuk menjadi sebuah wacana atau tuladha. Tuladha bukan hanya meliputi hal-hal yang baik, namun juga belajar dari hal yang buruk untuk mengambil kebaikannya.

Kehidupan remaja amerika banyak diwarnai tentang kegiatan sekolah mereka, cinta, pekerjaan dan having fun. Kegiatan di High School di amerika sangat beragam dari mulai Football (American Football), Sepak Bola, Tennis, Basket, Baseball dan macam-macam sport lainnya. Atau ada juga Cheerleader yang selalu ada ketika sekolah bertanding home, FBLA (Future Business Leader of America) yang merupakan wadah kewirausahaan siswa amerika , HOSA (Health Occupations Student of America) yang mirip Palang Merah Remajanya amerika, NHS (National Honor Society) yang merupakan wadah siswa berprestasi dengan IP (Indeks prestasi atau yang disini disebut GPA yaitu Grade Point Average) diatas 3.5 dan lain sebagainya. Saya sendiri adalah anggota tim baseball sekolah saya dan National Honor Society. Saya sempat melamar HOSA namun tidak diterima karena tidak punya latarbelakang medis haha.

Begitulah salah satunya kehidupan remaja amerika disibukkan dengan kegiatan ekstrakulikuler mereka. Apalagi masalah sport, semua siswa boleh dikatakn berantusias. Di Amerika, satu kota mungkin hanya ada satu sekolah. Seperti High School dikota saya, satu-satunya ya hanya Sterling High School. Dan mereka memiliki sport seperti pertandingan asli saja. Memiliki lapangan dan segalanya lengkap. Jadi lahirlah istilah Home or Away. Ketika pertandingan Home, maka semua elemen sekolah akan saling kompak semangat menyemangati. Ada kelompok Drum Band yang akan memainkan lagu-lagu gagah ketika kami mencetak score. Ada juga Cheerleader-cheerleader yang bersorak-sorak untuk mendukung dengan rok mininya. Dan di barisan depan, bersiaplah orang-orang dengan berbadan besar bersorak-sorak untuk tim kami dan berdiri (standing applause) untuk mendukung mati-matian tim kami. Saya seringkali ikut di barisan orang-orang besar itu haha. Sport adalah segalanya di amerika.

Kehidupan lainnya adalah bekerja. Meski demikian, tidak sedikit juga anak-anak amerika yang bekerja sendiri untuk uang saku mereka. Ketika saya tanya untuk apa, mereka menjawab untuk bayar bensin mobil, untuk asuransi mobil dan lain sebagainya. Inilah mungkin yang kita perlu belajar. Semangat dan kerja keras mereka dibalik itu semua. Bekerja dari pulang sampai larut malam, kemudian setelah itu mereka masih harus mengerjakan PR dan tugas-tugas sekolah. Bisa dibayangkan betapa melelahkannya.

Namun dibalik itu juga, pastilah ada sisi-sisi keremajaan yang melekat. Yaitu masalah party, dance, clubbing dan lain sebagainya. Hal-hal demikian bukanlah hal yang tabu lagi. Seperti kata Miley Cirus, "It is a party in USA". Saking terkenalnya remaja = party di amerika. Kalau mau tahu apa saja yang dilakukan ketika party, tanya saya langsung saja haha.

Yang tidak kalah menarik juga masalah percintaan remaja amerika. Yang dulu saya kira berbeda, ternyata saya temukan kurang lebih sama. Hanya saja bagi saya mungkin agak kompleks. Mungkin karena nilai budaya yang saya anut berbeda dengan apa yang mereka resapi. Lebih kompleks karena di beberapa poin, seorang pasangan memperbolehkan pasangnnya berhubungan fisik dengan orang lain seperti berpelukan, jika saja itu saya pastilah saya cemburu. Disamping itu, pola hubungan remaja amerika banyak mengandung unsur persinggungan fisik yang saya lihat berbeda dengan pola hubungan remaja di indonesia (iya ga sih? haha) melihat teman saya berciuman di depan locker atau didepan kelas adalah pemandangan yang biasa bagi saya sehari-hari. Seperti yang saya katakan tadi, mungkin begitulah yang mereka resapi sebagai kasih sayang. Kita tidak perlu menjustifikasi apapun. Kita memiliki nilai kita sendiri dan nilai-nilai yang kita pahami dan kita resapi yang mungkin berbeda dengan interpretasi mereka.

Seperti itulah kira-kira gambarannya. Semoga dapat dijadikan wacana dan diambil
pelajaran.

Berikut saya tampilkan salah satu pertandingan basket sekolah saya

http://www.youtube.com/watch?v=Ii97ZIKGW_k

Favorit saya adalah sahabat baik saya sendiri, Bobby Lebsock (12) dan Brent Avila (22)

nb : Seragam putih
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

[Live as an exchange student] Part.16 -- Suka dan Duka

Baru-baru ini saya menemukan buku di perpustakaan sekolah saya, Sterling High School tentang seorang gadis amerika bernama Megan McNeill yang berbicara tentang pengalamannya sebagai exchange student di Prancis. Dengan program yang sama seperti saya yaitu AFS. Setelah membaca tulisan Megan tentang dukanya menjadi seorang exchange student, saya jadi teringat bahwa saya hanya menyatakan hal-hal manis dalam blog saya. Sebenarnya tidak selamanya manis menjadi seorang pelajar di luar negeri. Jujur saja, kadang saya sendiri tidak tahu apa yang akan saya lakukan dan apa yang sedang saya lakukan. Sesuatu memang selalu datang dengan sisi baik dan buruk. Saya tidak munafik untuk mengatakan bahwa menjadi pelajar diluar negeri tidak seindah yang mungkin dibayangkan.

Saya pun dulu membayangkan utopia yang serba indah dan hidup yang serba nyaman. Namun sepertinya hidup berkata lain, dimanapun itu, hidup tidak pernah mudah. Menjadi pelajar luar negeri meninggalkan semua yang kita cintai. Bukan hanya orang-orang, tapi segalanya. Bahasa, makanan, budaya, hobi. Banyak teman-teman saya dari mancanegara yang begitu saja menyerah karena saking beratnya. Saya tidak menyalahkan mereka, karena saya merasakan sendiri bahwa hidup di negeri orang memang berat. Dengan orang-orang yang serba asing dan cara pandang mereka terhadap masalah yang sama sekali berbeda dengan kita.

Sebelum berangkat dulu, saya mengenal betul kata "culture shock" dan "language barrier" tapi saya belum menyadari seberapa besar impactnya dua kata itu terhadap hidup saya nanti. Ternyata memang bukan main-main. Sangat besar. Dua kata yang memisahkan saya dengan orang-orang asing ini. Karena saya tidak berbicara bahasa mereka, dan karena kadangkala saya tidak sepaham dengan pandangan mereka. Apa yang saya dapat dalam pelajaran bahasa Inggris di Indonesia, ternyata hanya sedikit membantu. Terlalu banyak diksi yang mereka gunakan berbeda dengan yang dipelajari di Indonesia dulu. Apalagi masalah idiom, sudah urusan berat menafsirkan istilah-istilah mereka seperti : "Loco Boca Pesa" , "Pain in the ass" dan lain sebagainya.

Bulan-bulan awal pun saya alami seperti saya "tidak hidup". Berbicara hanya dengan bahasa Tarzan dan lebih banyak mendengarkan. Kadangkala terlihat seperti kumpulan mulut yang terbuka yang tidak saya tahu apa yang mereka bicarakan. Fase-fase tersebut berlangsung sampai 3 bulan lamanya. Hingga akhirnya di 3 bulan saya tiba-tiba dapat mencerna apa yang mereka bicarakan dan memberikan respon balik. Senang sekali rasanya kala itu. Sebenarnya bukan masalah ketidakbisaannya mencerna kalimat, namun isi didalam kalimat itu yang tidak dipahami. Seringkali mereka membicarakan suatu istilah, benda atau sistem yang belum pernah kita tau sebelumnya.

Ketika berbicara pun tidak akan membahas hal yang kita ingin bahas, namun hal yang mereka igin bahas. Selalu begitu. Selalu tidak pernah ada celah untuk diperhatikan. Bukan tidak ada, namun sedikit sekali.Sebulan dua bulan mungkin menjadi pusat perhatian, namn lebih dari itu saya tidak lebih adalah tetap menjadi orang lain dalam kehidupan mereka. Kadangkala ingin rasanya saya memprotes, "kenapa kalian apatis sekali?". Terkadang berbicara pun diselingi tawa mereka atau kening yang berkerut karena mengucapkan tidak benar atau lucu.

Hidup dalam kesendirian dan berbicara hanya pada diri sendiri. Melakukan segalanya sendiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Belum jika kenangan-kenangan tanah air datang menyelimuti. Hanya ada rasa sakit dan tangis dalam hati. Meninggalkan segalanya dan hidup bagai orang yang benar-benar tidak mengenal dunia sebelumnya. Semua terlihat berbeda. Semua yang kita kenal tidak ada didepan kita. Dan belajar meraba dan mengenali benda satu demi satu bagai bayi yang baru lahir. Hanya saja bayi itu sudah terlanjur mengenal benda dan jauh telah menginterpretasikannya dalam ideologinya.

Namun apa yang saya katakan tidak sepenuhnya benar dan berlaku di semua dimensi waktu, adakalanya pula saya merasakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri. Ketika melihat Football, Basket atau tim sekolah bertanding dan bersorak-sorak bersama teman-teman amerika saya, rasanya sudah lupa kalau saya orang Indonesia. Yah, semua memang tergantung moodnya dan labilitasnya saja. Kurvanya bisa nak ekstrem atau disatu sisi juga turun secara ekstrem.

Tapi dibalik itu semua, saya belajar hal yang tidak pernah akan saya pelajari jika saya masih di Indonesia. Terlalu banyak hal. Diluar negeri bukan selamanya mengenai having fun, tapi lebih menjadi sebuah pelajaran.Tentang kesadaran pribadi dan kepekaan sosial.Tentang memahami masyarakat yang baru dan terlibat didalamnya. Tentang melahirkan kesadaran pribadi dan tanggungjawab individu atas dirinya. Tentang hidup dan kehidupan dan tentang realita global.

Tanpanya, saya tidak akan pernah belajar arti kehidupan yang sesungguhnya. Yang begitu luas dan kompleks. Yang dulu saya tafsirkan begitu dangkal dan sepele. Namun nyatanya tidak demikian setelah melihat kenyataan sebenarnya yang hidup sodorkan pada saya saat ini.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS