[Live as an exchange student] Part.12 -- Sebuah Cerita dari Belahan Dunia lain





16 November 2009 ~ Pagi bersinar cerah diiringi salju yang turun dengan lebat di awal winter. Hawa diluar begitu dingin, menggoda insan-insan manusia untuk tetap terbaring nyenyak di kasur-kasur empuk mereka. Di pagi buta yang dingin di belahan amerika, saya bersiap memakai pakaian kebesaran saya sebagai orang Jawa. Mempersiapkan jarit, stagen, keris, selop, beskap dan lain sebagainya. Di pagi yang buta. Bahkan sebelum mentari datang menyapa belahan dunia itu. Ditengah deru salju diluar jendela kamar saya. Saya lihat diri saya di cermin. Terngiang akan betapa lamanya saya tidak memakai outfit ini selama terbuai dengan hiruk pikuk Amerika Serikat. Hari ini saya kencangkan keris saya, saya rapikan beskap yang ada di badan saya. Karena pada hari ini saya akan bercerita tentang negeri saya yang damai nun jauh terbelah samudra.

Pertengahan November adalah International Education Week di Amerika Serikat. Suatu momentum yang tepat bagi saya, bercerita tentang Indonesia, negara yang saya banggakan. Atau secara familiar sering disebut presentasi. Dengan busana Jawa lengkap melekat di badan saya, saya sudah menunggu lama momen ini. Dengan selop yang terpasang di dua permukaan kaki saya. Di tengah Winter, ditengah suhu -5 derajat celcius di luar sana. Tanpa Coat, tanpa syal. Tidak lucu rasanya berbusana Jawa dengan Coat atau syal. Saya berpakaian sebagaimana saya. Semangat dan eksitasi saya itulah yang akan tetap membuat saya hangat ditengah winter ini. Kemudian saya akan dengan bangganya bercerita bahwa negara tempat saya berasal adalah negara yang hangat yang tanpa kita perlu khawatir kedinginan. Beberapa teman saya yang saya jumpai di Hall Way menyapa ramah
" Gin outfitmu bagus sekali"
Atau beberapa orang yang baru kesambet juga menyapa saya
"Gin kamu kelihatan seksi deh hari ini"
Batin saya : "Ya ampuuun ini orang tadi sarapan apa bilang saya seksi -,-"


Ada juga yang menyapa agak aneh,
" Aren't your feet cold? You're the one of the craziest person in this school. It is snowing man"
Lalu dengan santainya saya jawab
"Nope. I am fine" *dengan senyum pertanda jari kaki yang tidak bisa digerakkan* haha
Beberapa poin teman saya itu benar, karena tidak semestinya berselop ketika semua orang memakai boot tebal mereka haha.

Sejenak kemudian saya sudah berada dikelas. Saya mulai presentasi dengan memperkenalkan pakaian saya. Dari filosofis blangkon dengan tonjolannya dibelakang sebagai tanda kesederhanan sampai selop yang membuat saya dikatai crazy.

Beberapa saat kemudian mereka akan bersorak "wooow. enaknya tidak ada salju"
Saya lupa mengatakan pada kalian guys, kebanyakan orang amerika tidak suka salju. Saya sendiri pun tidak. Awalnya memang menyenangkan. tapi lama-kelamaan merasakan juga ketidaknyamanan karena salju. Setiap berjalan akan licin, kaki tenggelam dalam salju, susah bernafas, dan hidung terasa basah setiap saat. Bibir juga akan berdarah jika anda tidak memakai lip balm. 5 menit tanpa melindungi tangan anda sudah cukup membuatnya susah digerakkan. Jadi, ketika saya mengatakan bahwa Indonesia panas setiap saat, maka mereka akan berteriak-teriak ingin datang.

Kemudian saya akan bercerita tentang Indonesia dan alamnya yang indah, dan beberapa dari mereka akan mengangkat tangan dan bertanya,
"Di Indonesia ada tivi sama cellphone ga?"
"Di Indonesia kamu sekolah naik kuda?"
Batin saya menjerit haha. Engga deng, batin saya ketawa.
Maklum, orang amerika tidak begitu pintar dalam geografi. Mereka bahkan tidak tahu dimana itu Indonesia. Beberapa saya tanyai dan mereka menebak itu ada di bagian tengah Afrika.
Yaampuuun, nebak benuanya bener aja engga -,-

Sejurus setalah itu, saya tampilkan tarian jawa dan suara gamelan. Beberapa dari mereka ada yang ketakutan haha. Orang amerika tuh tingkahnya aneh-aneh ya? :p Setelah itu saya tampilkan wayang kulit. Saya mendalang untuk beberapa saat. Dengan bahasa Ingrris tentunya. Selesei pertunjukkan mereka berdecak kagum dan memberikan sorakan keras sampai mengundang semua siswa datang ke kelas kami kala itu. Beberapa saat setelah itu saya bagikan wayang-wayangan kecil sebagai souvenir untuk mereka. Semua anak berebut. Beberapa protes dan marah-marah tidak dapat wayang-wayangan itu haha. Yang mendapatkan wayang-wayangan saya, benda itu mereka bawa kemana-mana. Mereka pamerkan ke teman-temannya yang lain yang tidak dapat. Sehingga satu sekolah sindrom wayang kulit. Guru Sejarah Amerika saya bahkan semenjak itu mengajar menggunakan wayang kulit yang saya berikan.

Disisi lain, saya juga berikan beberapa dari mereka pakaian batik. Keesokan harinya saya melihat seperti parade orang kondangan teman-teman saya memakai batik-batik itu. Entah mengapa, terharu saya melihatnya. Melihat bangsa lain begitu terkagum-kagum dan menikmati kebudayaan Indonesia. Sekaligus miris, melihat bangsa Indonesia sendiri justru tidak menikmati apa yang mereka miliki :(

Hari itu saya telah membuat suatu sejarah. Sejarah kecil memang. Tidak sebesar Uni Soviet ketika mengalahkan Jerman sebagai tanda berakhirnya perang di Eropa, namun paling tidak, hari itu saya telah mengubah beberapa pikiran manusia-manusia dari belahan dunia lain. Mengenalkan mereka dengan negeri bocah ingusan ini yang nun jauh disana. Dan mereka akan bercerita pada anak cucunya, bahwa seorang anak, pada hari itu datang. Dan menceritakan bagian lain dunia kepada mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "[Live as an exchange student] Part.12 -- Sebuah Cerita dari Belahan Dunia lain"