Perenungan
Bahwa di segala penjuru negeri ini tengah di tempa krisis jatidiri dan kebudayaan. Persoalan klasik memang.
Namun tidak kunjung menemukan solusi yang tepat atas permasalahan yang kita hadapi.
Kemajuan komunikasi dan transportasi membuat suasana mengecilnya jarak bumi ini. Demikian pula kebudayaan-kebudayaannya yang masing-masing tumbuh dalam lingkungan sendiri dan bercampuraduk satu sama lain dan saling mempengaruhi.
Tampaknya khidupan kesenian adalah yang paling menjadi korban dari rasionalisme dan keinginan kekayaan kebudayaan modern.
Kita memaklumi bahwa zaman sekarang ini kekuasaan rasio dan efisiensi ekonomi telah melemahkan fantasi,perasaan dan intuisi.
Itulah yang menjadi perhatian kita sekarang. Bahwa seni wayang itu sendiri telah mengalami suatu crash dengan tuntutan modernisasi dan berkiblat justru pada degradasi mutu dan nilai estetis wayang itu sendiri sbagai sebuah kesenian.
Umar Kayam dalam pendapatnya meyakini bahwa pergeseran suatu masyarakat agraris-feodal menjadi masyarakat kota dikhawatirkan mulai mencairkan kemurnian seni tradisional menjadi sbuah kitsch.
Juga dengan pemikiran Alisyahbana tentang kebudayaan progresif yang berujung pada sekulerisasi atau penduniaan mengandung kecenderungan membuat manusia mendangkal materialistik malahan hedonistik.
Kaitannya adalah bahwa seni pewayangan dewasa ini telah terputus hubungannya dgn masalah kjiwaan yang lebih kepada suatu bentuk hedonistik pertunjukan.
pun juga dengan kesenian tradisional lain secara umum yang telah bergeser dari nilai nilai yang semestinya.
dan permasalahannya dengan permintaan pasar, selera masyarakat dan lain sebagainya. Adakah zaman akan menggilasnya? Mungkin sudah saatnya bagi wayang untuk kembali ke persemaiannya yang agung jauh pada kesuciannya yang dulu. Atau kembali dalam sebuah bentuk transformasi lain yang entah nanti akan diistilahkan sebagai apa.
Namun tidak kunjung menemukan solusi yang tepat atas permasalahan yang kita hadapi.
Kemajuan komunikasi dan transportasi membuat suasana mengecilnya jarak bumi ini. Demikian pula kebudayaan-kebudayaannya yang masing-masing tumbuh dalam lingkungan sendiri dan bercampuraduk satu sama lain dan saling mempengaruhi.
Tampaknya khidupan kesenian adalah yang paling menjadi korban dari rasionalisme dan keinginan kekayaan kebudayaan modern.
Kita memaklumi bahwa zaman sekarang ini kekuasaan rasio dan efisiensi ekonomi telah melemahkan fantasi,perasaan dan intuisi.
Itulah yang menjadi perhatian kita sekarang. Bahwa seni wayang itu sendiri telah mengalami suatu crash dengan tuntutan modernisasi dan berkiblat justru pada degradasi mutu dan nilai estetis wayang itu sendiri sbagai sebuah kesenian.
Umar Kayam dalam pendapatnya meyakini bahwa pergeseran suatu masyarakat agraris-feodal menjadi masyarakat kota dikhawatirkan mulai mencairkan kemurnian seni tradisional menjadi sbuah kitsch.
Juga dengan pemikiran Alisyahbana tentang kebudayaan progresif yang berujung pada sekulerisasi atau penduniaan mengandung kecenderungan membuat manusia mendangkal materialistik malahan hedonistik.
Kaitannya adalah bahwa seni pewayangan dewasa ini telah terputus hubungannya dgn masalah kjiwaan yang lebih kepada suatu bentuk hedonistik pertunjukan.
pun juga dengan kesenian tradisional lain secara umum yang telah bergeser dari nilai nilai yang semestinya.
dan permasalahannya dengan permintaan pasar, selera masyarakat dan lain sebagainya. Adakah zaman akan menggilasnya? Mungkin sudah saatnya bagi wayang untuk kembali ke persemaiannya yang agung jauh pada kesuciannya yang dulu. Atau kembali dalam sebuah bentuk transformasi lain yang entah nanti akan diistilahkan sebagai apa.
0 Response to "Perenungan"