[Live as an exchange student] Part.11 -- American Classes Selayang Pandang version
Mungkin sudah saya uraikan diatas bahwa pengambilan kelas di Amerika adalah menggunakan dasar sisitem credit. Seperti sks pada kuliah mungkin. Ada 7 mata pelajaran yang diajarkan setiap harinya. Beberapa ada kelas requirement (diwajibkan) dan kelas lainnya adalah oposional. Tidak seperti di Indonesia yang mana antara hari satu dengan lainnya kita mendapatkan jadwal yang berbedA, di Amerika setiap harinya jadwal adalah itu-itu saja. Ya tadi 7 mata pelajaran tersebut. Hari aktif sekolah adalah 5 hari dari hari Senin hingga Jum'at. Sabtu - Minggu adalah libur. Sekolah diawali dari jam 8 selesai jam 15.30 sore. Di sela-sela itu kami mendapatkan jam makan siang di cafetaria sekolah sekitar pukul 13.00 - 13.30. Menunya bermacam-macam dan bervariasi setiap harinya. Ada Burger, Pizza, Spagheti, Tacos dan sebagainya . Jam makan siang tidak harus di cafetaria sekolah, siswa bisa saja pergi ke McDonald atau bahkan pulang ke rumah, asal pada saat waktu yang ditentukan sudah kembali ke sekolah.
Hal yang saya kagum adalah, sebelum memulai pelajaran Amerika selalu "bersumpah" pada bendera. Bahwa akan mengabdi di bawah satu bangsa, dan Kemuliaan Tuhan untuk Amerika. Mungkin sama halnya dengan upacara bendera di Indonesia setiap senin. Bedanya, mereka melakukan setiap hari walau hanya beberapa menit. Di setiap kelas selalu ada bendera Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah bangsa yang berpatriotisme tinggi. Mereka tidak membiarkan doktrin negara manapun diserap anak-anak mereka. Suatu hal yang patut dijadikan contoh mungkin bagi Indonesia. Amerika adalah bangsa yang kritis, namun mereka mengkritisi bangsanya bukan dengan cara yang anarkis dan sarkastik. Kritik adalah untuk membangun, bukan merusak citra.
Di Amerika, requirement class saya adalah mengambil satu subject matematika, satu subject sains, English dan United States History. Lainnya adalah kelas bebas. Saya mengambil Aljabar, Kimia, English, US History, Gizi , Marketing dan American Goverment.
Pengajaran di Amerika bukan menggunakan White board apalagi Black board. Tapi menggunakan layar touch screen yang terhubung dari komputer menggunakan proyektor. Spidolnya pun spidol touch screen yang bisa berganti-ganti warna tanpa harus mengubah spidol, cukup klik warna maka akan sendirinya ganti. Mau menghapus tinggal customize ukuran penghapus dan klik terhapus. Ulangan tidak memakai kertas, tetapi siswa diberikan seperti handphone yang terhubung ke layar touch screen tadi dan tinggal memencet saja handphone-handphone-nan itu haha. Mirip alat "ask audience"nya Who wants to be Millionaire dan jawaban bisa disurvey.
Pengajaran juga sangat interaktif, siswa terlibat aktif dalam diskusi dan sebagainya. Anak amerika memang memiliki semangat belajar yang tinggi. Ketika sudah di kelas, mereka tidak akan membicarakan hal lain kecuali pelajaran. Ketika tidak mengerti langsung angkat tangan dan bertanya. Kadang pertanyaannya sangat konyol, tapi apapun itu mereka angkat bicara. PR dicocokkan masing-masing siswa, dan pada akhirnya disuruh menyebutkan berapa kesalahan mereka. Dengan jujur mereka mengatakan 27 atau 21 dari 30 soal. Tidak seperti di Indonesia, anak-anak mungkin sudah dengan liciknya memanipulasi salah mereka :p Kelas pun dibuat seaplikatif mungkin. Misalnya, saya mengambil kelas marketing. Project class saya adalah menjual suatu produk dalam 3 bulan. Dan dibuat kompetisi siapa yang prosentase keuntungannya paling tinggi. Ketika jam pelajaran marketing, siswa benar-benar terjun ke lapangan menjual produk mereka dengan strategi pemasaran masing-masing. Saya sendiri berjualan nasi goreng Indonesia didekat Main Street bersama teman saya dari India yang dulu pernah saya sebutkan di post.an sebelumnya. Dikelas marketing juga kami menganalisis produk-produk dengan strategi mereka. Setiap minggu kami melakukan yang namanya Tasting Test untuk produk makanan. Guru marketing saya akan membawakan sampel makanan dan kami akan menganalisis harga, rasa, dan sistem packaging produk tersebut. Hal yang paling saya suka dari kelas ini hehe. Karena sering kali Tasting Test ini adalah makanan-makanan mahal, seperti Pizza atau Burger. Kami membandingkan Pizza dari Pizza Hut dan Domino's dan sebagainya. Saya mengambil 4 potong Pizza Hut dan 4 potong Domino's :p Teman saya ada yang mengambil hampir satu dus nya masing-masing Pizza. Kemudian guru saya menegur :
"Hei, hei ini Tasting Test mas. Kok banyak sekali ambilnya"
Teman saya : "Sense of Tasting saya kurang bagus bu. Jadi saya perlu banyak sampel"
Batin saya : "Ah, ngeleeeeeeeeeeeeees"
Tapi ya toh dibiarkan saja oleh guru saya itu karena memang banyak Pizza yang tersedia.
Kelas yang paling saya senangi adalah matematika dan kimia. *Padahal dulu di Indonesia ga akur akur banget sama sains :p * Karena di kelas itu saya tidak perlu mikir dan malamnya tidak perlu belajar. Kurikulum Indonesia terlalu sempurna untuk membuat anak Indonesia terlihat pintar ditengah-tengah anak Amerika haha. *Terima kasih guruku* Sedangkan kelas yang paling saya benci adalah English, United States History dan American Goverment. Di pelajaran Bahasa Inggris saya mungkin adalah yang palig bodoh sekelas. Setiap hari kerjaannya menganalisis cerpen, puisi dan sebagainya seperti pelajaran bahasa Indonesia. Padahal cerpen, puisi atau novel Inggris ditulis dalam vocabulary satra yang rumit dan saya tidak pernah paham sebelumnya. Jadi setiap baca novel yang lain sudah mendapat 15 halaman, saya masih 2 halaman karena habis untuk menterjemahkan arti kata. Sedangkan di American Goverment saya harus mempelajari konstitusi yang mana bahasa constitusi sangatlah rumit. Yaitu Bahasa Inggris kaku dengan grammar yang super perfect. Yah~begitulah.
Hal yang saya kagum adalah, sebelum memulai pelajaran Amerika selalu "bersumpah" pada bendera. Bahwa akan mengabdi di bawah satu bangsa, dan Kemuliaan Tuhan untuk Amerika. Mungkin sama halnya dengan upacara bendera di Indonesia setiap senin. Bedanya, mereka melakukan setiap hari walau hanya beberapa menit. Di setiap kelas selalu ada bendera Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah bangsa yang berpatriotisme tinggi. Mereka tidak membiarkan doktrin negara manapun diserap anak-anak mereka. Suatu hal yang patut dijadikan contoh mungkin bagi Indonesia. Amerika adalah bangsa yang kritis, namun mereka mengkritisi bangsanya bukan dengan cara yang anarkis dan sarkastik. Kritik adalah untuk membangun, bukan merusak citra.
Di Amerika, requirement class saya adalah mengambil satu subject matematika, satu subject sains, English dan United States History. Lainnya adalah kelas bebas. Saya mengambil Aljabar, Kimia, English, US History, Gizi , Marketing dan American Goverment.
Pengajaran di Amerika bukan menggunakan White board apalagi Black board. Tapi menggunakan layar touch screen yang terhubung dari komputer menggunakan proyektor. Spidolnya pun spidol touch screen yang bisa berganti-ganti warna tanpa harus mengubah spidol, cukup klik warna maka akan sendirinya ganti. Mau menghapus tinggal customize ukuran penghapus dan klik terhapus. Ulangan tidak memakai kertas, tetapi siswa diberikan seperti handphone yang terhubung ke layar touch screen tadi dan tinggal memencet saja handphone-handphone-nan itu haha. Mirip alat "ask audience"nya Who wants to be Millionaire dan jawaban bisa disurvey.
Pengajaran juga sangat interaktif, siswa terlibat aktif dalam diskusi dan sebagainya. Anak amerika memang memiliki semangat belajar yang tinggi. Ketika sudah di kelas, mereka tidak akan membicarakan hal lain kecuali pelajaran. Ketika tidak mengerti langsung angkat tangan dan bertanya. Kadang pertanyaannya sangat konyol, tapi apapun itu mereka angkat bicara. PR dicocokkan masing-masing siswa, dan pada akhirnya disuruh menyebutkan berapa kesalahan mereka. Dengan jujur mereka mengatakan 27 atau 21 dari 30 soal. Tidak seperti di Indonesia, anak-anak mungkin sudah dengan liciknya memanipulasi salah mereka :p Kelas pun dibuat seaplikatif mungkin. Misalnya, saya mengambil kelas marketing. Project class saya adalah menjual suatu produk dalam 3 bulan. Dan dibuat kompetisi siapa yang prosentase keuntungannya paling tinggi. Ketika jam pelajaran marketing, siswa benar-benar terjun ke lapangan menjual produk mereka dengan strategi pemasaran masing-masing. Saya sendiri berjualan nasi goreng Indonesia didekat Main Street bersama teman saya dari India yang dulu pernah saya sebutkan di post.an sebelumnya. Dikelas marketing juga kami menganalisis produk-produk dengan strategi mereka. Setiap minggu kami melakukan yang namanya Tasting Test untuk produk makanan. Guru marketing saya akan membawakan sampel makanan dan kami akan menganalisis harga, rasa, dan sistem packaging produk tersebut. Hal yang paling saya suka dari kelas ini hehe. Karena sering kali Tasting Test ini adalah makanan-makanan mahal, seperti Pizza atau Burger. Kami membandingkan Pizza dari Pizza Hut dan Domino's dan sebagainya. Saya mengambil 4 potong Pizza Hut dan 4 potong Domino's :p Teman saya ada yang mengambil hampir satu dus nya masing-masing Pizza. Kemudian guru saya menegur :
"Hei, hei ini Tasting Test mas. Kok banyak sekali ambilnya"
Teman saya : "Sense of Tasting saya kurang bagus bu. Jadi saya perlu banyak sampel"
Batin saya : "Ah, ngeleeeeeeeeeeeeees"
Tapi ya toh dibiarkan saja oleh guru saya itu karena memang banyak Pizza yang tersedia.
Kelas yang paling saya senangi adalah matematika dan kimia. *Padahal dulu di Indonesia ga akur akur banget sama sains :p * Karena di kelas itu saya tidak perlu mikir dan malamnya tidak perlu belajar. Kurikulum Indonesia terlalu sempurna untuk membuat anak Indonesia terlihat pintar ditengah-tengah anak Amerika haha. *Terima kasih guruku* Sedangkan kelas yang paling saya benci adalah English, United States History dan American Goverment. Di pelajaran Bahasa Inggris saya mungkin adalah yang palig bodoh sekelas. Setiap hari kerjaannya menganalisis cerpen, puisi dan sebagainya seperti pelajaran bahasa Indonesia. Padahal cerpen, puisi atau novel Inggris ditulis dalam vocabulary satra yang rumit dan saya tidak pernah paham sebelumnya. Jadi setiap baca novel yang lain sudah mendapat 15 halaman, saya masih 2 halaman karena habis untuk menterjemahkan arti kata. Sedangkan di American Goverment saya harus mempelajari konstitusi yang mana bahasa constitusi sangatlah rumit. Yaitu Bahasa Inggris kaku dengan grammar yang super perfect. Yah~begitulah.